Parapuan.co - Industri merek lokal di Indonesia disebut tengah mengalami fase yang menantang, yaitu Local Brand Winter. Hal ini disampaikan oleh CEO dan Founder Hypefast, Achmad Alkatiri, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Achmad Alkatiri mengadaptasi konsep Tech Winter yang pernah mengguncang industri teknologi, yang ditandai dengan perlambatan pertumbuhan bisnis, menurunnya investasi, hingga terpaksa tutupnya beberapa merek lokal yang sebelumnya berkembang pesat.
Apa itu Local Brand Winter dan bagaimana pelaku usaha lokal bisa bertahan dalam menghadapi tantangan? Berikut penjelasan Achmad Alkatiri!
Dinamika Local Brand Winter di Indonesia
Di penghujung tahun 2024, beberapa merek lokal ternama seperti Syca, Roona Beauty, dan Matoa terpaksa menghentikan operasional mereka akibat kompetisi yang semakin ketat. Achmad Alkatiri, menyoroti bahwa industri kecantikan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak.
"Seperti fenomena Tech Winter yang dalam beberapa tahun silam melanda perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, industri brand lokal juga tengah mengalami fenomena Local Brand Winter, terutama di bidang kecantikan," ujar Achmad pada Selasa (25/3/2025).
Menurutnya, dalam waktu kurang dari satu tahun terakhir, banyak brand kecantikan lokal yang gulung tikar akibat persaingan ketat dengan merek luar, khususnya dari Tiongkok. Padahal, pada periode 2021-2023, industri ini menunjukkan potensi besar dengan masuknya investasi dari berbagai pihak ke merek-merek seperti Rose All Day, Base, dan ESQA.
Selain itu, merek-merek lokal sebelumnya mendominasi platform e-commerce seperti Shopee dan TikTok Shop. Namun, kehadiran merek Tiongkok dengan modal besar mulai mengubah peta persaingan. Data internal Hypefast menunjukkan bahwa merek asal Tiongkok mampu mengalokasikan 30-40 persen omzet mereka untuk pemasaran, sementara merek lokal hanya sekitar 10 persen agar tetap mempertahankan profitabilitas.
Akibat strategi pemasaran yang agresif dari merek luar, banyak konsumen di Indonesia bahkan tidak bisa membedakan antara merek lokal dengan produk luar. Survei Hypefast mengungkap bahwa 6 dari 10 orang Indonesia tidak mengetahui apakah merek yang mereka beli berasal dari Tiongkok atau Indonesia.
Baca Juga: Sebelum Terjun ke Bisnis Kecantikan, Pahami Peluang dan Tantangan bagi Brand Lokal
"Berbagai brand lokal yang memutuskan untuk tutup di tahun 2024 memberikan sinyal negatif terhadap investor yang pada periode sebelumnya memiliki appetite tinggi. Ini akan menurunkan jumlah investasi secara keseluruhan, padahal untuk bisa berkompetisi dengan brand dari Tiongkok yang habis-habisan dalam pemasaran dan produk, dibutuhkan modal yang signifikan," jelas Achmad.
Tanpa adanya pendanaan yang cukup, merek lokal harus lebih tangguh dalam menyusun strategi agar dapat bertahan.
Strategi Bertahan bagi Merek Lokal
Dalam menghadapi situasi ini, ada beberapa langkah yang dapat diterapkan oleh brand lokal agar tetap bertahan di pasar yang kompetitif sebagaimana diungkap oleh Achmad Alkatiri yang dirangkum PARAPUAN di bawah ini:
- Fokus pada Arus Kas yang Sehat
Banyak pengusaha masih keliru dalam memahami perbedaan antara profit dan arus kas. Profitabilitas hanya mencerminkan keuntungan di atas kertas, sedangkan arus kas menentukan apakah bisnis bisa bertahan dari hari ke hari. Oleh karena itu, pemilik brand harus memastikan arus kas tetap positif dengan mengelola pengeluaran secara bijak, termasuk dalam pembelian inventaris dan efisiensi biaya operasional. Jika perlu, libatkan ahli keuangan untuk membantu pengelolaan keuangan.
- Menyeimbangkan Pertumbuhan dan Stabilitas
Banyak merek lokal terjebak dalam obsesi mengejar pertumbuhan tanpa mempertimbangkan stabilitas arus kas. Tanpa arus kas yang sehat, pertumbuhan yang cepat justru bisa menjadi bumerang bagi bisnis itu sendiri.
- Memanfaatkan Pendanaan dengan Bijak
Menunggu valuasi yang lebih tinggi bisa menjadi langkah berisiko di tengah ketidakpastian ekonomi. Jika ada investor yang bersedia memberikan pendanaan, sebaiknya kesempatan ini dimanfaatkan untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Tujuan utama brand lokal seharusnya bukan hanya sekadar bertumbuh cepat, tetapi mencapai tahap self-sufficient — yakni kondisi di mana bisnis tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memiliki arus kas positif.
- Mengoptimalkan Branding dan Diferensiasi Produk
Merek lokal harus mampu menciptakan nilai tambah yang membedakan mereka dari produk luar. Salah satu caranya adalah dengan mengedepankan kualitas, inovasi, dan keunikan produk. Branding yang kuat akan membantu merek lokal lebih mudah diingat oleh konsumen.
- Memanfaatkan Teknologi dan Digital Marketing Secara Efektif
Menggunakan strategi pemasaran berbasis data dan memanfaatkan platform digital dengan lebih efisien dapat membantu merek lokal bersaing dengan brand luar. Pemanfaatan media sosial, SEO, dan strategi influencer marketing yang tepat bisa meningkatkan eksposur dan daya saing di pasar.
Dengan strategi yang tepat, bisnis lokal bisa bertahan dalam situasi ekonomi yang sulit tanpa harus bergantung sepenuhnya pada investor atau pinjaman. "Para founder brand lokal harus realistis dalam menghadapi situasi ini. Ini bukan saatnya untuk idealisme berlebihan, tetapi untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dengan strategi yang lebih matang," tutup Achmad.
Baca Juga: Brand Lokal Ini Ungkap Strategi Manfaatkan Interaksi Digital untuk Tingkatkan Penjualan
(*)