Perempuan dengan Austisme Sering Dipandang Sebelah Mata, Mengapa?

Saras Bening Sumunar - Kamis, 3 April 2025
Perempuan dengan austime.
Perempuan dengan austime. Freepik

Ketika seorang perempuan menunjukkan perilaku yang berbeda dari norma ini, sering kali hal tersebut dianggap sebagai kepribadian unik atau masalah psikologis lainnya, bukan sebagai indikasi autisme. Hal ini semakin memperkuat kesalahpahaman dan menghambat perempuan untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Tantangan yang Dihadapi Perempuan Dewasa dengan Autisme

Penulis juga menyoroti bahwa perempuan dewasa dengan autisme menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan hubungan sosial, rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi, serta sering menjadi korban bullying karena dianggap berbeda atau aneh.

Mereka mungkin memiliki motivasi tinggi untuk berinteraksi sosial, namun kesulitan dalam memahami dan menghadapi konflik sosial, yang dapat menyebabkan isolasi dan perasaan kesepian. Kurangnya diagnosis yang tepat juga berarti mereka tidak mendapatkan dukungan untuk membantu mereka mengatasi tantangan ini.

Belum lagi, stigma buruk pada perempuan dengan autisme seakan tidak terpatahkan. Contohnya, perempuan autis tidak bisa melanjutkan pendidikan karena tidak bisa berpikir dan mengasah bakatnya. Padahal kenyatannya, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. 

Ada beberapa sosok autistik perempuan yang justru menunjukkan kemampuan dan sukses di bidangnya masing-masing. Contohnya Emily Dickinson, seorang penulis sastra ternama.

Merujuk dari laman BehavioralEmily Dickinson berhasil menjadi seorang penulis sastra ternama meskipun dirinya terdiagnosis austime. Emily bahkan juga menulis buku berjudul "Writers on the Spectrume: How Autism and Asperger's Syndrome". Sesuai dengan judulnya, buku tersebut berisikan tentang sosok perempuan yang cukup tertutup dan tidak banyak bergaul. Hal ini terjadi karena anggapan anak autisme yang perlu disembunyikan.

Selain Emily Dickinson, ada pula sosok Barbara McClintock seorang ilmuwan. Nama Barbara McClintock dikenal karena kemampuannya yang membuat terbosan terbaru di bidang kromosom. Walaupun dirinya dikenal sebagai ilmuwan ternama, rupanya Barbara juga menunjukkan gejala autisme yang membuatnya lebih sulit fokus dan berkomunikasi dengan orang lain.

Baca Juga: Tingkatkan Keterampilan Anak dengan Autisme, Ini Pusat Terapi Sensori Integrasi

Berkaca dari dua sosok di atas, bisa disimpulkan bahwa perempuan dengan autisme memiliki kesempatan yang sama dalam berkarier atau meraih impiannya. Sekalipun memiliki kekurangan dan dipandang sebelah mata oleh banyak orang. 

Sebagai pengingat, penting bagi kita untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana autisme memanifestasikan diri pada perempuan dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong lingkungan yang lebih inklusif. 

Lebih jauh lagi, penting untuk melibatkan perempuan dengan autisme dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka. Dengan mendengarkan suara dan perspektif mereka, kita dapat memastikan bahwa dukungan dan layanan yang disediakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

Hal ini juga membantu dalam membangun rasa memiliki dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri.​ Secara keseluruhan, mengatasi pengabaian dan pandangan sebelah mata terhadap perempuan dewasa dengan autisme memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk profesional kesehatan, peneliti, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas.

Dengan meningkatkan kesadaran, menyediakan dukungan yang sesuai, dan mendorong inklusi, kita dapat membantu perempuan dengan autisme untuk mencapai potensi penuh mereka dan menjalani kehidupan yang memuaskan.

 Baca Juga: Ahli Jelaskan Dua Jenis Terapi Utama untuk Anak dengan Autisme

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Pakar Ungkap 5 Mitos Love Language yang Masih Banyak Dipercaya