Makna Lebaran bagi Perempuan Bekerja: Ruang Jeda dari Beban Ganda

Arintha Widya - Sabtu, 5 April 2025
Lebaran bagi perempuan yang bekerja.
Lebaran bagi perempuan yang bekerja. Freepik

Parapuan.co - Libur panjang seperti Thanksgiving, Lebaran, atau Natal dan Tahun Baru sering kali dinantikan banyak orang sebagai momen untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga. Namun, bagi perempuan yang bekerja, libur panjang bukan hanya soal rehat dari pekerjaan kantor.

Lebih dari itu, ia menjadi waktu berharga untuk memulihkan diri secara fisik dan emosional dari tekanan berlapis yang kerap mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Libur Lebaran atau libur panjang lainnya bisa bermakna mengambil sedikit ruang untuk bernafas bagi perempuan bekerja.

Mengapa demikian dan bagaimana perempuan bisa mengambil jeda? Simak informasinya berikut ini terlebih dulu sebelum Kawan Puan memahaminya!

Tekanan Ganda: Kantor dan Rumah

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh University College London seperti mengutip Quartz, perempuan yang bekerja lebih dari 55 jam seminggu atau bekerja setiap akhir pekan cenderung menunjukkan gejala depresi lebih tinggi dibandingkan perempuan yang bekerja lebih sedikit jamnya.

Ini bukan tanpa alasan. Selain pekerjaan formal, banyak perempuan juga memikul beban kerja domestik seperti mengurus anak, membersihkan rumah, atau merawat anggota keluarga lain. Saat pekerjaan tidak dibatasi hanya di kantor, maka waktu pribadi nyaris tak tersisa.

Libur Panjang = Ruang untuk Bernapas

Di tengah ritme kerja yang makin fleksibel namun menuntut, libur panjang jadi semacam "ruang napas" yang sangat dibutuhkan oleh perempuan. Momen ini memungkinkan kamu, sebagai perempuan bekerja, untuk:

1. Mengistirahatkan mental dan fisik, menjauh sejenak dari tekanan pekerjaan dan rutinitas domestik.

Baca Juga: Spiritual Holiday: Cara Menikmati Libur Lebaran agar Lebih Bermakna

2. Merekatkan kembali hubungan keluarga, terutama jika kamu memiliki anak atau pasangan yang juga sibuk.

3. Mengembalikan keseimbangan hidup, karena saat kamu berhenti sejenak dari mode “melayani”, kamu memberi diri sendiri kesempatan untuk merasakan kebahagiaan tanpa tuntutan.

4. Menata ulang prioritas, mengevaluasi pekerjaan dan peran yang selama ini kamu jalani, serta memikirkan langkah-langkah ke depan yang lebih selaras dengan kesehatan dan kebahagiaan diri.

Ketimpangan Jam Kerja dan Pengaruhnya

Dalam studi yang sama disebutkan bahwa laki-laki memang cenderung bekerja lebih banyak jamnya di kantor. Namun, perempuan—meski bekerja jam lebih sedikit—masih lebih rentan mengalami tekanan psikologis karena beban tambahan di luar pekerjaan formal.

Jadi meskipun angka di kantor terlihat “lebih ringan”, kenyataannya banyak perempuan harus lembur di dapur dan ruang keluarga. Inilah mengapa libur panjang penting untuk dimaknai secara lebih dalam.

Bukan sekadar waktu luang, tapi sebagai bentuk pemulihan yang kamu butuhkan. Waktu di mana kamu bisa benar-benar melepas beban, bukan hanya menggantinya dari satu bentuk pekerjaan ke bentuk lainnya.

Merayakan Diri, Bukan Hanya Hari Besar

Saat libur panjang datang, kamu tidak perlu merasa bersalah jika ingin menghabiskan waktu hanya untuk dirimu sendiri. Tidur lebih lama, pergi spa, membaca buku yang sudah lama tertunda, atau sekadar menatap langit sore sambil minum teh—semua itu adalah bentuk penghargaan terhadap dirimu sendiri.

Karena pada akhirnya, libur panjang memberi kamu kesempatan untuk kembali merasa utuh—sebagai perempuan, pekerja, ibu, istri, atau apa pun peranmu—dengan lebih sehat dan bahagia.

Kini jelang berakhirnya libur Lebaran 2025, semoga Kawan Puan sudah mendapatkan kembali semangat untuk bekerja lagi.

Baca Juga: Tetap Semangat Bekerja saat Libur Lebaran: 7 Tips Efektif untuk Perempuan Karier

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Harus Serba Cepat, Apa Itu Instant Gratification Generation yang Kerap Dialami Gen Z?