Pakar Ungkap 5 Mitos Love Language yang Masih Banyak Dipercaya

Saras Bening Sumunar - Sabtu, 12 April 2025
Mitos tentang love language yang masih banyak dipercaya.
Mitos tentang love language yang masih banyak dipercaya. Prostock-Studio

Parapuan.co - Dalam hubungan romantis, topik tentang love language atau bahasa cinta menjadi hal yang sangat populer dan sering dibicarakan. Banyak orang percaya bahwa memahami dan menerapkan love language pasangan adalah kunci dari hubungan yang langgeng dan harmonis.

Namun, seiring berjalannya waktu, konsep ini juga kerap disalahartikan atau diterapkan secara sempit. Ada banyak asumsi yang berkembang dari konsep tersebut yang tidak semuanya benar, bahkan beberapa di antaranya menjadi mitos yang dipercaya secara luas.

Hal inilah yang membuat sebagian pasangan justru mengalami kesalahpahaman, kekecewaan, atau merasa tidak cukup dimengerti dalam hubungan mereka padahal akar persoalannya adalah karena konsep yang diterapkan tidak dipahami secara utuh.

Melansir dari laman Today, sejumlah pakar hubungan dan psikolog mulai membedah ulang bagaimana konsep love language seharusnya dipahami, serta menyoroti beberapa kesalahan besar yang sering dilakukan orang dalam menginterpretasikannya.

1. Setiap Pasangan Punya Love Language yang Sama

Adora Winquist, seorang penulis sekaligus pakar hubungan mengatakan bahwa sepasang kekasih belum tentu memiliki love language atau bahasa cinta yang sama. Di sisi lain, banyak yang berasumsi bahwa pasangan mereka ingin menerima kasih sayang dengan cara yang sama seperti mereka.

"Banyak klien mengatakan 'saya suka semua ini, jadi saya melakukannya untuk pasangan saya'. Dan pasangan mereka berkata 'tapi itu bukan love language saya. Saya tidak bisa merasakannya'," jelas Adora Winquist.

2. Memberikan Hadiah Mahal

Jika pasanganmu memiliki love language receiving gift, bukan berarti kamu harus memberikan barang-barang mewah dan mahal. Sayangnya, masih banyak orang yang percaya akan hal ini. Hadiah untuk pasangan dengan love language receiving gift tidak harus mahal. Mereka bisa datang dalam berbagai bentuk, ukuran, dan nominal.

Baca Juga: Mudah! Ini 2 Cara Perempuan Mengetahui Love Language Diri Sendiri

Seringkali ada salah kaprah tentang receiving gifts bahwa hadiahnya harus perhiasan mahal atau mewah. "Namun sebenarnya, hadiah yang dibuat dengan tangan seringkali memiliki makna yang lebih dalam daripada perhiasan mahal," imbuh Adora.

3. Physical Touch Harus Selalu Keintiman

Orang sering berasumsi bahwa keintiman seksual adalah aspek dari physical touch. Padahal, gestur seperti mengusap punggung pasangan setelah melalui hari yang melelahkan juga termasuk physical touch.

Bahkan, sesimpel melayangkan ciuman ke pasangan sebelum mereka berangkat kerja juga termasuk love language physical touch. "Cukup dengan sentuhan sederhana dan mencium pasangan sebelum pergi bisa menjadi tanda seberapa pentingnya mereka untuk pasangan," jelas Adora.

4. Bahasa Cinta Tidak Mungkin Berubah

Love language kemungkinan akan berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu. Misalnya, kamu mungkin memulai hubungan dengan berpikir bahwa menerima hadiah sangatlah penting.

Namun, seiring berjalannya waktu, kamu menemukan bahwa kamu sebenarnya kehilangan sesuatu yang lebih dalam di hubunganmu, dan ternyata mendambakan words of affirmation. Dengan kata lain, tergantung pada apa yang sedang terjadi dalam hubunganmu, kamu mungkin mendapati bahwa kamu mendambakan love language yang sebenarnya tidak kamu sadari ternyata penting untukmu.

5. Love Language Satu-Satunya Bentuk Valid Mengekspresikan Cinta

Banyak pasangan terlalu fokus pada kelima jenis love language sehingga mereka lupa bahwa cinta bisa diekspresikan dalam berbagai cara yang tidak selalu masuk dalam kategori tersebut. Misalnya, menyemangati pasangan saat ia sedang stres karena pekerjaan, atau mendengarkan keluh kesahnya dengan sabar tanpa menghakimi, juga merupakan bentuk cinta yang tulus dan mendalam.

Padahal sebenarnya, bahasa cinta hanyalah kerangka atau alat bantu untuk memahami preferensi emosional seseorang, bukan aturan baku yang harus diikuti secara kaku. Dengan kata lain, cinta datang dari empati, perhatian, dan keinginan untuk tumbuh bersama, bukan hanya dari memenuhi daftar love language.

Baca Juga: Benarkah Memahami Love Language Pasangan Bisa Membuat Hubungan Lebih Harmonis?

(*)

Sumber: today
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Pakar Ungkap 5 Mitos Love Language yang Masih Banyak Dipercaya