Parapuan.co - Media sosial seperti TikTok saat ini menjadi tempat yang banyak dimanfaatkan remaja untuk mencari informasi, termasuk tentang kesehatan mental seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Sayangnya, sebuah analisis terbaru menunjukkan bahwa dari 100 video TikTok paling banyak ditonton yang membahas ADHD, kurang dari separuhnya berisi informasi yang sesuai dengan pedoman klinis.
Fakta ini menimbulkan kekhawatiran bahwa remaja bisa salah mendiagnosis dirinya sendiri ADHD—atau justru mengabaikan gejala yang sebenarnya mereka alami karena tidak cocok dengan konten yang mereka lihat.
Meskipun TikTok telah membantu meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma seputar ADHD, banyak video yang ternyata memberikan gambaran yang keliru sebagaimana informasi yang dirangkum PARAPUAN dari Parents.
Dr. Charles Sweet, seorang psikiater bersertifikat dan penasihat medis di Linear Health, mengatakan bahwa banyak video viral yang mempromosikan diagnosis mandiri dan menampilkan gejala yang dianggap "relatable", padahal belum tentu merupakan indikator klinis dari ADHD.
"Diagnosis mandiri telah menjadi dilema berisiko yang marak di media sosial," ujar Charles Sweet. "Orang-orang bisa meyakinkan dirinya bahwa mereka punya ADHD atau kondisi lain tanpa pendapat dari tenaga ahli. Seorang anak bisa jadi sebenarnya mengalami kecemasan, trauma, atau sekadar sedang mengalami masa pubertas. Di sisi lain, anak-anak yang memang punya ADHD bisa jadi justru mengabaikan gejala mereka karena tidak sesuai dengan yang ditampilkan di TikTok."
Salah Kaprah ADHD di TikTok
Salah satu masalah utama dari video TikTok tentang ADHD adalah seringnya kondisi ini digambarkan sekadar sebagai bagian dari kepribadian unik, bukan sebagai gangguan neurodevelopmental yang serius. Padahal, ADHD memengaruhi kemampuan seseorang dalam perencanaan, fokus, dan pengendalian diri.
Dr. Daniel Huy, psikolog anak dari Hackensack University Medical Center, menyampaikan bahwa diagnosis psikiatri sangat kompleks dan memerlukan keahlian dalam membedakan gejala yang tumpang tindih antar kondisi.
"Diagnosis mandiri berdasarkan media sosial berisiko dalam banyak hal dan bisa menimbulkan over-pathology serta stigma terhadap kondisi yang sebenarnya mungkin tidak bermasalah," jelas Dr. Daniel Huy.
Baca Juga: Tak Perlu Malu, Ini Cara Mengatasi ADHD Dewasa Seperti Dialami Fuji yang Viral di TikTok