Data BPS: Fenomena Perempuan Jadi Pencari Nafkah Utama Keluarga, Mandiri Menopang Ekonomi

Arintha Widya - Kamis, 10 April 2025
Data BPS ungkap banyak perempuan jadi pencari nafkah utama keluarga.
Data BPS ungkap banyak perempuan jadi pencari nafkah utama keluarga. Freepik

Sementara itu, dari tingkat pendidikan, lebih dari separuh female breadwinners memiliki pendidikan dasar (belum tamat SD hingga tamat SMP). Perempuan dengan pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pasangan yang juga berpenghasilan cukup, sehingga tidak selalu terdorong menjadi pencari nafkah utama.

Secara status perkawinan, sebagian besar female breadwinners berstatus menikah (kawin), dan hanya sekitar 40 persen yang berperan sebagai kepala rumah tangga. Banyak di antara mereka tetap bekerja karena pendapatan suami tidak mencukupi atau tidak stabil. Bagi perempuan yang berstatus belum menikah, cerai hidup, atau cerai mati, tanggung jawab ekonomi menjadi sepenuhnya berada di pundak mereka.

Beban Ganda dan Tantangan Sosial

Menjadi pencari nafkah utama tidak serta merta membebaskan perempuan dari tugas domestik. Mereka masih memikul beban ganda—mengurus rumah tangga, merawat anak, dan bekerja penuh waktu.

Menurut data global, perempuan mengerjakan 75 persen pekerjaan rumah tangga dan perawatan tak dibayar (IDS, 2016). Akibatnya, para female breadwinners rentan mengalami kelelahan fisik, mental, hingga emosional.

Kondisi ini bertentangan dengan komitmen global dalam Tujuan 5 SDGs (Kesetaraan Gender) yang menyerukan pembagian tugas rumah tangga secara adil, pengakuan terhadap pekerjaan tak dibayar, serta hak perempuan atas akses ekonomi dan teknologi.

Perlu Kebijakan yang Mendukung

Fenomena meningkatnya female breadwinners perlu mendapat perhatian dalam perumusan kebijakan publik. Diperlukan upaya untuk:

  • Menyediakan akses pelatihan kerja dan pendidikan yang inklusif bagi perempuan,
  • Meningkatkan perlindungan sosial dan jaminan pekerjaan yang ramah gender,
  • Mendorong perubahan norma sosial melalui kampanye kesetaraan gender di tingkat keluarga dan masyarakat.

Penguatan peran perempuan dalam ekonomi rumah tangga bukan hanya strategi bertahan hidup keluarga, tetapi juga bentuk kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional.

Keberadaan female breadwinners patut diapresiasi dan didukung agar mereka tidak hanya menjadi mandiri secara finansial, tetapi juga tetap sehat secara fisik dan mental dalam menjalani peran gandanya.

Baca Juga: Perempuan sebagai Leader dalam Mengatur Keuangan Rumah Tangga: Hal yang Perlu Diketahui

(*)

Sumber: bps.go.id
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Pneumonia Bisa Disebabkan Oleh Virus dan Bakteri: Apa Perbedaannya?