Sperma dengan jenis kelamin yang diinginkan kemudian bisa digunakan untuk proses inseminasi intrauterin (IUI) atau pembuahan in-vitro. Meski tidak seakurat PGD, metode ini menawarkan peluang lebih besar dibandingkan membiarkan alam menentukan sepenuhnya.
3. Metode Shettles
Dikembangkan oleh Dr. Landrum Shettles, metode ini berteori bahwa sperma X (perempuan) lebih lambat namun tahan lama, sedangkan sperma Y (laki-laki) lebih cepat tapi berumur pendek.
Berdasarkan teori ini:
- Untuk bayi perempuan: berhubungan 2–3 hari sebelum ovulasi.
- Untuk bayi laki-laki: berhubungan tepat saat ovulasi atau sangat dekat waktunya.
Walau belum terbukti secara medis, banyak pasangan mencobanya karena mudah diterapkan dan tanpa biaya.
4. Metode Whelan
Alternatif dari metode Shettles, teori Whelan menyebutkan bahwa perubahan biokimia tubuh wanita mempengaruhi kemungkinan keberhasilan sperma X atau Y.
- Ingin bayi laki-laki: berhubungan 4–6 hari sebelum ovulasi.
- Ingin bayi perempuan: berhubungan 2–3 hari sebelum ovulasi atau saat ovulasi.
Metode ini banyak diragukan karena secara biologis, sperma jarang bertahan lebih dari tiga hari dalam tubuh wanita. Meski begitu, pasangan tetap bisa mencobanya sebagai bentuk usaha ringan tanpa risiko.
Baca Juga: Wow, Frekuensi Hubungan Intim Tinggi Mempercepat Kehamilan? Ini Faktanya!