SHE CAN, Akselerasi Inklusi Keuangan untuk Perempuan Rentan di Kalimantan Barat

Arintha Widya - Rabu, 16 April 2025
Program SHE CAN untuk perempuan rentan di Kalimantan Barat.
Program SHE CAN untuk perempuan rentan di Kalimantan Barat. Dokumentasi DBS Foundation

Parapuan.co - Kawan Puan, baru-baru ini The Asia Foundation (TAF) bekerja sama dengan DBS Foundation meresmikan peluncuran program "SHE CAN: Akselerasi Inklusi Keuangan bagi Perempuan Rentan di Kalimantan Barat", yang ditargetkan menjangkau 80.000 perempuan marjinal dan rentan selama periode 2024–2027.

Program ini hadir sebagai langkah strategis untuk menjawab ketimpangan gender yang cukup tinggi di Kalimantan Barat (Kalbar), yakni 0,52 persen, yang tidak sejalan dengan indeks inklusi keuangan daerah tersebut yang sudah mencapai 84,16 persen.

Program SHE CAN akan dilaksanakan melalui pelatihan, pendampingan, serta literasi keuangan yang terintegrasi dan dirancang kontekstual, aplikatif, serta interaktif, menggabungkan metode tatap muka, daring, permainan, dan lembar latihan.

Program ini juga akan melibatkan 400 fasilitator komunitas melalui pendekatan Training of Facilitators (ToF) dan menggandeng mitra lokal seperti PPSW Borneo, CU Keling Kumang, dan Krealogi.

"Program SHE CAN ini dirancang sebagai upaya nyata menjawab tingginya indeks ketimpangan gender di Kalbar yang belum sejalan dengan indeks inklusi keuangan yang cukup tinggi," kata Country Representative TAF, Hana Satriyo, dalam acara peluncuran di Pontianak yang dihadiri PARAPUAN secara daring pada Selasa (15/4/2025).

Ia menambahkan bahwa SHE CAN sejalan dengan misi TAF dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kepemimpinan perempuan. "Kami ingin menghadirkan perubahan positif dan transformasi komunitas lokal melalui dukungan pada keterampilan dan aspirasi perempuan," tuturnya.

Hasil kajian yang dilakukan TAF pada Januari–Maret 2025 di tujuh kabupaten/kota di Kalbar menunjukkan bahwa perempuan dari kelompok rentan menghadapi berbagai hambatan struktural dan kultural dalam mengakses layanan keuangan.

Hanya 67 persen yang memiliki rekening bank, 38 persen mengakses pinjaman, dan 24 persen menggunakan e-wallet. Hambatan lainnya meliputi keterbatasan literasi keuangan, tidak memiliki identitas resmi, hingga norma sosial yang memposisikan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama dalam keluarga.

Menanggapi hal tersebut, DBS Foundation sebagai mitra utama dalam program ini mengalokasikan dana lebih dari Rp100 miliar untuk mendukung berbagai inisiatif pemberdayaan perempuan di Indonesia, termasuk melalui SHE CAN.

Baca Juga: Komnas Perempuan: Profesi Perawat yang Didominasi Perempuan Rentan terhadap Kekerasan

"Kami percaya bahwa pemberdayaan perempuan adalah kunci dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan," ujar Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia. "Program ini mencerminkan komitmen kami sebagai bank dengan tujuan positif atau purpose-driven, menciptakan dampak di luar dunia perbankan."

Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Dr. Amurwani, menyampaikan bahwa program ini penting dalam mendukung potensi perempuan dari kelompok marjinal agar mereka mampu meningkatkan daya saing dan kesejahteraan.

"Kami berharap dengan adanya program percepatan inklusi keuangan ini, para perempuan dapat memperoleh akses dan kesempatan yang sama untuk memperoleh hasil pembangunan," terangnya.

Gubernur Kalimantan Barat, dalam pidato yang dibacakan oleh Asisten Keuangan Setda Kalbar, Ignasius IK, menyatakan bahwa SHE CAN sejalan dengan visi pembangunan Provinsi Kalimantan Barat 2025–2030 yang menjadikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai prioritas.

"Kami Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat optimistis melakukan percepatan dan perluasan akses keuangan melalui kolaborasi dengan program SHE CAN ini dapat diterapkan dengan baik dan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat khususnya perempuan di Kalimantan Barat," demikian ungkapnya.

Meskipun Kalbar memiliki capaian inklusi keuangan yang cukup tinggi, tantangan literasi keuangan masih sangat nyata. Banyak masyarakat, terutama perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga, masih menjadi korban investasi bodong, pinjaman ilegal, hingga praktik judi daring.

Oleh karena itu, keberadaan SHE CAN diharapkan dapat menjadi jembatan untuk memperkuat daya tahan ekonomi perempuan melalui edukasi finansial yang berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, program ini akan membentuk Jaringan Fasilitator Literasi Keuangan Kalbar untuk mengelola aset pengetahuan dan memastikan keberlanjutan program.

Studi menunjukkan bahwa ketika perempuan memiliki daya beli dan kontrol atas pengeluaran, mereka lebih cenderung membelanjakannya untuk pendidikan anak dan kesehatan keluarga, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan yang menyentuh akar persoalan, program SHE CAN menjadi harapan baru bagi perempuan Kalimantan Barat untuk bangkit, mandiri, dan berdaya demi masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Baca Juga: ASN Depok Wajib Punya Ibu Asuh: Gerakan Sosial 'Sayang Sama Emak' untuk Perempuan Rentan

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya