7 Jenis Kebaya Ikonik untuk Perempuan Tampil Anggun di Hari Kartini

Tim Parapuan - Sabtu, 19 April 2025
Perempuan memakai kebaya di Hari Kartini
Perempuan memakai kebaya di Hari Kartini Freepik

Parapuan.co -  Setiap tanggal 21 April, perempuan Indonesia mengenakan kebaya untuk memperingati Hari Kartini. Bukan sekadar formalitas atau tradisi tahunan, mengenakan kebaya justru menjadi simbol kebanggaan, kekuatan, dan identitas perempuan Indonesia. 

Dari kebaya kutu baru yang klasik hingga kebaya modern yang trendi, pilihan model kebaya kini sangat beragam dan bisa disesuaikan dengan kepribadian dan kenyamanan masing-masing. Merangkum dari Kompas.com, berikut tujuh jenis kebaya yang bisa Kawan Puan jadikan inspirasi untuk dipakai saat hari Kartini. 

1. Kebaya Kartini

Foto RA Kartini bersama dengan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat
Foto RA Kartini bersama dengan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat Wikimedia Commons

Kebaya Kartini adalah bentuk kebaya paling ikonik yang sering dikenakan saat memperingati Hari Kartini. Modelnya lurus, sederhana, dan biasanya berwarna netral seperti putih atau krem.

Potongannya panjang, dengan lengan panjang dan kancing di bagian depan. Meski terlihat sederhana, kebaya ini justru memancarkan ketegasan dan wibawa, sebagaimana sosok Kartini itu sendiri.

Sering kali kebaya Kartini dipadukan dengan kain batik dan bros di dada sebagai aksesori. Ini bukan sekadar busana, tetapi simbol keanggunan sekaligus kekuatan perempuan yang bersuara lewat tulisan dan pemikiran progresifnya pada awal abad ke-20.

2. Kebaya Encim

Contoh Kebaya Encim, perpaduan Betawi dan Tionghoa
Contoh Kebaya Encim, perpaduan Betawi dan Tionghoa Jamieson Teo

Baca Juga: Curi Perhatian Berselancar Pakai Kebaya, Ini Sosok Surver Flora Christin

Kebaya encim berasal dari perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi. Biasanya memiliki model yang lebih kasual dan penuh warna.

Dibuat dari bahan ringan seperti voile atau katun tipis, kebaya ini sering kali dihiasi dengan bordir bunga-bunga warna-warni yang mencolok. Kesan ceria dan feminin begitu terasa ketika mengenakan kebaya ini.

Di masa lalu, kebaya encim menjadi ciri khas perempuan Tionghoa peranakan. Namun kini, kebaya ini sudah menjadi busana lintas budaya yang cocok dikenakan dalam berbagai kesempatan santai maupun formal.

3. Kebaya Kutu Baru

Maudy Ayunda memakai Kebaya Kutu Baru
Maudy Ayunda memakai Kebaya Kutu Baru Maudy Ayunda

Salah satu kebaya yang masih sangat populer hingga kini adalah kebaya kutu baru. Ciri khasnya adalah tambahan kain di bagian dada yang disebut kutu baru, menyerupai tali penghubung antara dua sisi kebaya.

Model ini sangat cocok dikenakan untuk acara formal seperti wisuda, lamaran, atau menghadiri pernikahan.

Kebaya kutu baru sangat fleksibel. Kita bisa memilih bahan brokat, satin, hingga katun, tergantung kebutuhan dan acara. Perempuan yang mengenakan kebaya kutu baru biasanya ingin tampil anggun namun tetap nyaman dan praktis.

Baca Juga: Ada Dian Sastro-Putri Marino, Film Kebaya Kala Kini Angkat Cerita Transformasi Hidup Perempuan

4. Kebaya Bali

Mahalini saat mengenakan Kebaya Bali
Mahalini saat mengenakan Kebaya Bali @mahaliniraharja

Kebaya Bali dikenal dengan warnanya yang mencolok dan desain yang lebih ketat di badan. Model kebaya ini biasanya dipakai dalam upacara adat dan keagamaan di Bali. Ciri khasnya adalah penggunaan selendang di pinggang dan kain songket Bali yang sarat makna.

Meski terlihat berbeda dari kebaya di daerah lain, kebaya Bali tetap memancarkan kecantikan yang khas. Kebaya ini merepresentasikan kekuatan spiritual, dan peran penting perempuan dalam kehidupan adat, dan keagamaan di Bali.

5. Kebaya Jawa Klasik

Contoh Kebaya Jawa Klasik pada serial Gadis Kretek
Contoh Kebaya Jawa Klasik pada serial Gadis Kretek Dok.Netflix

Kebaya khas Jawa klasik biasa dikenakan dalam acara adat seperti siraman, midodareni, dan pernikahan. Biasanya terbuat dari bahan beludru dengan warna-warna gelap seperti hitam, marun, atau hijau tua.

Kebaya ini dipadukan dengan sanggul besar dan paes di dahi, menciptakan tampilan yang anggun, agung, dan penuh wibawa.

Mengenakan kebaya Jawa klasik sering kali terasa seperti memasuki waktu yang lebih lambat, lebih sakral. Kebaya ini membawa perempuan menyatu dengan kearifan tradisional yang dijaga turun-temurun.

Baca Juga: Seperti Dian Sastro, Ini Tips Pakai Kebaya untuk Kerja bagi Perempuan Masa Kini

6. Kebaya Sunda

Contoh Kebaya Sunda
Contoh Kebaya Sunda hamzahbatik.co.id

Dikenal dengan potongan kerah V yang menjuntai ke bawah, kebaya Sunda memiliki karakter yang lembut namun berkelas. Warna-warna yang sering digunakan adalah putih, pastel, atau warna-warna lembut lainnya.

Kebaya ini banyak dikenakan dalam pernikahan adat Sunda, dipadukan dengan siger di kepala dan kain batik sebagai bawahan. Perempuan Sunda dikenal dengan kelembutan dan kesantunan, dan karakter ini tergambarkan dalam detail kebaya mereka, yaitu lembut namun tetap tegas.

7. Kebaya Modern: Inovasi yang Menginspirasi

Contoh Kebaya Modern
Contoh Kebaya Modern Chrisstella Efivania Rosaline

Seiring waktu, banyak perempuan muda merasa ingin mengenakan kebaya tanpa merasa terjebak dalam kesan kuno. Maka lahirlah kebaya modern, yang berdesain lebih fleksibel, penuh eksperimen, dan sering dikombinasikan dengan elemen fashion global.

Misalnya, kebaya brokat dipadukan dengan rok tulle, kebaya peplum, atau bahkan kebaya yang dikenakan dengan celana kulot atau celana panjang. Kebaya modern adalah cerminan dari perempuan masa kini, yang kreatif, dinamis, dan tetap terhubung dengan akarnya. Kawan Puan bisa tetap tampil modis tanpa kehilangan makna budaya.

Namun seindah-indahnya kebaya, masih banyak perempuan yang merasa canggung atau minder saat mengenakannya. Ada yang khawatir tubuhnya tidak sesuai dengan standar kebaya, ada juga yang merasa tidak cukup percaya diri untuk tampil menonjol. 

Baca Juga: Kebaya Kondangan Jadi Outfit Viral di TikTok, Ini 5 Rekomendasinya

Padahal kebaya bisa dan harus menjadi busana yang inklusif. Dengan pilihan bahan yang tepat, desain yang disesuaikan, dan pola yang fleksibel, kebaya bisa membuat siapa pun merasa cantik.

Beberapa desainer lokal seperti Anne Avantie dan Didi Budiardjo telah membuka jalan menuju inklusivitas ini, merancang kebaya untuk semua bentuk tubuh, semua warna kulit, dan semua karakter perempuan.

Tak sebatas itu, di balik setiap kebaya yang kita kenakan, ada kerja tangan para perempuan, mulai dari penjahit rumahan, pengrajin batik, pembuat bordir, hingga ibu-ibu UMKM yang menjual aksesori kebaya secara daring. Ketika kamu memilih untuk mengenakan kebaya, kamu juga sedang mendukung ekonomi perempuan.

Ini adalah bentuk solidaritas antarperempuan yang tidak selalu terlihat, tapi sangat nyata dampaknya. Dalam hal ini, fashion bukan hanya tentang penampilan, tapi juga keberpihakan.

Kartini mengenakan kebaya saat ia menulis surat-suratnya yang mengguncang struktur patriarki zaman kolonial. Maka kebaya, di masa itu, bukan hanya simbol kelembutan, tapi juga alat perlawanan yang lembut namun tajam. Hari ini, Kawan Puan bisa meneruskan semangat itu dengan bersuara, mendukung perempuan lain, dan merayakan jati diri tanpa rasa malu.

Menjelang Hari Kartini ini, mari kita kenakan kebaya dengan cara kita sendiri. Bukan hanya sebagai penghormatan kepada Kartini, tapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada diri sendiri, agar perempuan yang terus bertumbuh, berjuang, dan mencintai dirinya apa adanya.

(*)

Celine Night

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri