Dialami Kartini sebelum Meninggal, Seperti Apa Gejala Preeklampsia?

Saras Bening Sumunar - Senin, 21 April 2025
Gejala preeklampsia yang sempat dialami Kartini.
Gejala preeklampsia yang sempat dialami Kartini. Freepik

Parapuan.co - Setiap tahunnya, 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, dibuat untuk mengenang perjuangan sang pahlawan dalam pemberdayaan perempuan. Pada masanya, pergerakan perempuan dibatasi. Mereka tidak diperbolehkan belajar di luar rumah hingga menduduki jabatan dalam masyarakat.

Saat itu, perempuan hanya diperbolehkan untuk menikah, memiliki keturunan, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Alhasil, situasi tersebut membuat perempuan terkungkung dan mengalami penindasan.

Padahal, banyak potensi yang bisa digali dari dalam diri perempuan. Menyadari hal tersebut, Kartini berjuang agar hak perempuan terpenuhi dan membuat merea keluar dari kesengsaraan. Kartini bahkan berhasil mengubah kedudukan perempuan yang mulanya dianggap lemah menjadi tangguh.

Sayangnya, perjuangan Kartini dalam mengupayakan hak-hak perempuan terhenti setelah dirinya meninggal dunia di usia 25 tahun. Kartini berpulang setelah melahirkan anak laki-laki pertamanya, diduga karena mengalami preeklampsia.

Bicara tentang preeklampsia, Ikatan Dokter Indonesia menyebut bahwa masalah kesehatan ini disebabkan karena berbagai faktor yang cukup kompleks, yakni hipertensi pada perempuan, perdarahan obstetri, hingga komplikasi non obstetrik.

Apa Itu Preeklampsia?

Preeklampsia adalah suatu kondisi kehamilan yang serius ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan adanya protein dalam urine (proteinuria) setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, terutama ginjal dan hati.

Ada beberapa situasi yang menunjukkan jika ibu hamil mengalami preeklampsia seperti:

- Sakit kepala berat yang tidak tertahankan. Ibu juga mungkin mengalami gangguan penglihatan, contoh pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya.

Baca Juga: 7 Jenis Kebaya Ikonik untuk Perempuan Tampil Anggun di Hari Kartini

- Terasa nyeri di bagian ulu hati atau perut bagian kanan atas.

- Pusing dan merasa lemas.

- Mengalami sesak napas.

- Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun.

- Mual-mual dan muntah.

- Pembengkakan pada bagian tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lainnya.

- Berat badan naik drastis secara tiba-tiba.

Langkah Mencegah Preeklampsia?

Baca Juga: Sambut Hari Kartini, Perempuan Gratis Naik MRT, LRT, dan Transjakarta di Tanggal Ini

1. Pencegahan Primer

Preeklampsia bisa dicegah melalui pencegahan primer, yakni evaluasi faktor resiko. Artinya ketika mengalami gejala, kamu perlu segera melakukan pemeriksaan dan konsultasi.

Ahli kesehatan atau dokter kemudian akan mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan bagaimana cara mengontrolnya. Faktor risiko yang biasanya diamati oleh dokter adalah:

- Usia ibu saat mengandung, apakah sudah melebihi 40 tahun.

- Riwayat preeklampsia sebelumnya.

- Jarak kehamilan, apakah sudah lebih 10 tahun.

- Kehamilan multiple.

- Kehamilan dengan inseminasi donor sperma.

- Obesitas sebelum hamil.

2. Pencegahan Sekunder

Preeklampsia bisa juga dicegah dengan pencegahan sekunder yang meliputi beberapa hal di bawah ini: 

- Istirahat di rumah 15 menit selama 2 kali sehari, ditambah dengan suplementasi nutrisi, hal ini bisa menurunkan risiko preeklampsia. Istirahat di rumah selama 4 jam per hari juga dapat menurunkan risiko preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas.

- Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) juga direkomendasikan untuk prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu.

- Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari, direkomendasikan terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah.

Baca Juga: Selain Fashion Show, Ini 5 Ide Lomba Hari Kartini Inspiratif di Kantor

(*)