Parapuan.co - Di tengah krisis biaya hidup yang terus berlangsung, banyak pasangan mulai mempertanyakan kembali bagaimana uang memengaruhi hubungan mereka. Laporan LendingTree baru-baru ini mengungkap bahwa 23 persen orang Amerika berpisah karena ketidakcocokan finansial, dan 34 persen lainnya mengatakan mereka bisa saja melakukan hal yang sama.
Bahkan, pencarian Google untuk frasa "tanda bahaya finansial" meningkat drastis hingga 247 persen. Maka itu agar hubungan tetap langgeng dan tidak kandas karena masalah finansial, para pakar menyarankan beberapa percakapan penting yang sebaiknya dilakukan pasangan sebelum menikah.
Apa saja? Di bawah ini lima topik krusial terkait keuangan yang sebaiknya dibahas pasangan sebelum menikah menurut personal finance strategist James Wall seperti melansir Your Tango!
1. Apakah Kita Bisa Menyeimbangkan Prioritas?
Menurut survei Gamblizard, 28 persen perempuan dan 17 persen laki-laki mengaku diam-diam malu dengan situasi keuangan pasangannya. Namun, bukan hanya soal perbedaan penghasilan—masalah sering muncul karena perbedaan cara membelanjakan uang.
Sebagai contoh, jika kamu merasa makan di luar adalah hal penting, sementara pasanganmu lebih memilih memasak sendiri demi berhemat, potensi konflik bisa muncul. Tapi kalau kalian berdua nyaman makan secara terpisah, maka tidak ada masalah.
2. Siapa yang Mempengaruhi Keputusan Finansial Kita?
Latar belakang keluarga bisa sangat memengaruhi cara seseorang mengelola uang, dan ini bisa berdampak besar pada masa depan finansial bersama. Beberapa orang mungkin rutin mengirim uang ke keluarga, merasa bertanggung jawab saat teman butuh bantuan, atau bahkan masih bergantung pada orang tua yang ikut campur dalam keputusan besar.
"Mulailah percakapan dengan membahas dinamika keluarga dan bagaimana uang dikelola dalam rumah tangga masing-masing sejak kecil," ujar James Wall. "Bicarakan batasan yang kalian miliki—berapa banyak dukungan finansial yang bisa diberikan sebelum itu mulai mengganggu kesejahteraan kalian sendiri?"
Baca Juga: Mengenal Apa Itu FIRE, Konsep Meraih Kemandirian Finansial untuk Pensiun Dini
3. Ketakutan Finansial Apa yang Kita Miliki?
Setiap orang punya cara pandang berbeda tentang uang. Ada yang menganggap uang sebagai bentuk kenyamanan dan kemewahan, sementara yang lain melihatnya sebagai simbol keamanan atau kebebasan. Perbedaan ini mencerminkan respons kita terhadap stres dan ketidakpastian finansial.
Sebagai contoh, jika kamu takut kehilangan segalanya dan menjadi terlalu hati-hati dalam mengatur uang, sementara pasanganmu justru trauma hidup dalam kekurangan dan cenderung boros sebagai bentuk “balas dendam” pada masa lalu, maka ada potensi konflik.
4. Apa Bahasa Cinta Kita dalam Hal Uang?
Cinta memang tidak bisa diukur dengan uang, tapi uang bisa menjadi media untuk mengekspresikannya. Ada yang menunjukkan kasih sayang dengan hadiah mahal atau merayakan momen spesial secara mewah. Sementara itu, sebagian lainnya menunjukkan cinta lewat merencanakan keuangan bersama atau merasa dihargai karena pasangannya bertanggung jawab membayar tagihan.
Masalah bisa muncul saat ekspektasi tidak terpenuhi. Misalnya, seseorang berharap kejutan liburan di hari ulang tahun, tapi yang diberikan adalah peralatan dapur. Itu bukan kesalahan besar, tapi bisa menjadi sumber kekecewaan bila tidak dibicarakan sejak awal.
5. Apakah Kita Menuju Arah Finansial yang Sama?
Uang bukan cuma soal apa yang bisa dibeli, tetapi tentang hidup seperti apa yang ingin dibangun bersama. Tujuan kalian tak harus identik, tapi sebaiknya selaras.
Luangkan waktu untuk berbagi visi finansial masing-masing. Apakah pasanganmu ingin meniti karier korporat, membuka usaha, pensiun dini, atau hidup sederhana dan dekat keluarga? Apakah mereka ingin menjadi pencari nafkah utama atau punya mimpi besar seperti keliling dunia atau membangun rumah di pedesaan?
Percakapan soal uang memang tidak selalu mudah, tapi percakapan inilah yang justru bisa membuka banyak hal soal masa depan bersama. Dengan membahas topik-topik ini sebelum menikah, pasangan bisa menyelaraskan prioritas, kebiasaan, dan tujuan finansial mereka.
Bukan soal mencari pasangan yang serba sama, tetapi tentang bisa mendengarkan dan memahami satu sama lain—terutama sebelum perbedaan itu menjadi masalah yang lebih besar.
Baca Juga: Perempuan Mandiri Finansial setelah Menikah Bukan Bentuk Kedurhakaan
(*)