Namun, Blake Lively juga mengkritik kenyataan pahit bahwa keamanan bagi perempuan masih menjadi ilusi di banyak ruang, baik itu di tempat kerja, di rumah, di tempat umum, bahkan di ruang medis.
Ia menantang audiens untuk bertanya, "Mengapa hak untuk aman masih harus diperjuangkan secara diam-diam? Mengapa perempuan harus menanggung beban ini sendiri?"
"Tetapi kenapa obor itu harus menjadi beban kita untuk dibawa secara diam-diam? Bagaimana mungkin kita tidak semua bisa sepakat tentang hak asasi manusia yang paling mendasar ini?"
Apa yang disampaikan Lively menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan bukan hanya tentang menduduki posisi penting atau memiliki suara di forum besar.
Ini juga tentang keberanian sehari-hari, menceritakan pengalaman pahit, saling menguatkan, dan tidak menyerah bahkan saat dunia terasa tidak adil.
Di akhir pidatonya, Lively memberikan harapan—bahwa perempuan mampu bertahan dan bahkan tumbuh dari rasa sakit mereka.
"Kita bisa bertahan sampai akhir, secara fisik ataupun emosional, dan kita akan, kita bisa, dan kita melakukannya. Bahkan ketika rasanya tidak mungkin. Bahkan ketika kita berada dalam rasa sakit yang tajam. Jangan pernah meremehkan kemampuan seorang perempuan untuk bertahan dalam rasa sakit," ungkapnya.
Pidato Blake Lively di Time100 Gala adalah pengingat kuat bahwa setiap perempuan memiliki kekuatan untuk menjadi "obor" bagi yang lain—dan bahwa dalam berbagi, ada kekuatan untuk menyelamatkan dunia satu nyawa, satu cerita, satu keberanian dalam satu waktu.
Baca Juga: Dugaan Pelecehan, Blake Lively Tuntut Keadilan dan Gugat Justin Baldoni
(*)