Parapuan.co - Di tengah sorotan dunia terhadap kasus hukum yang melibatkan dirinya, Blake Lively muncul di panggung Time100 Gala dengan pesan yang jauh lebih besar dari sekadar kontroversi pribadi.
Ia menggunakan momennya sebagai salah satu orang paling berpengaruh tahun ini untuk berbicara tentang hal yang jauh lebih mendasar, yaitu kekuatan perempuan untuk menyelamatkan satu sama lain.
Akhir pekan kemarin, seperti dikutip dari Glamor, Blake Lively hadir di ajang penghargaan Time sebagai salah satu penerima penghargaan 100 orang paling berpengaruh. Ia mengawali pidatonya dengan ucapan terima kasih, kemudian menyinggung tentang pentingnya women empowerment dengan membicarakan sang bunda.
Dalam pidato emosionalnya, Blake Lively tidak berbicara tentang kasus yang sedang dihadapinya, melainkan tentang ibunya, Willie Elain McAlpin, seorang penyintas kejahatan berat terhadap perempuan.
Blake Lively menjelaskan bahwa saat sang ibu menjadi korban kekerasan, ia tidak pernah mendapatkan keadilan dari pelaku yang hampir merenggut nyawanya. Namun, hidup ibunya terselamatkan berkat keberanian seorang perempuan lain yang berbagi pengalaman serupa di radio.
"Perempuan itu dengan sangat gamblang membagikan bagaimana ia bisa melarikan diri. Dan karena mendengarkan perempuan itu berbicara tentang pengalamannya—alih-alih membungkam diri dalam ketakutan dan rasa malu yang tidak adil—ibu saya hidup sampai hari ini," ujar istri Ryan Reynolds tersebut.
Bagi Lively, inilah makna sejati dari women empowerment: kekuatan yang tidak selalu tampil dalam bentuk aktivisme besar-besaran, melainkan hadir secara diam-diam melalui keberanian untuk berbicara, berbagi, dan menyelamatkan orang lain. Tanpa perempuan asing yang berani bersuara itu, mungkin Blake Lively dan ibunya tidak akan berdiri hari ini.
Blake menyebut fenomena ini sebagai silent torch of womanhood—obor sunyi perempuan—sebuah warisan tak terucapkan tentang bagaimana perempuan mengajari satu sama lain untuk bertahan, secara fisik maupun spiritual.
"Ini adalah obor sunyi perempuan yang kita kenal—sebuah perjanjian bahwa secara pribadi, kita harus menunjukkan kepada orang lain bagaimana caranya bertahan," tuturnya penuh semangat.
Baca Juga: Blake Lively Disebut Alami Fat Shaming saat Syuting It Ends With Us, Apa Itu?
Namun, Blake Lively juga mengkritik kenyataan pahit bahwa keamanan bagi perempuan masih menjadi ilusi di banyak ruang, baik itu di tempat kerja, di rumah, di tempat umum, bahkan di ruang medis.
Ia menantang audiens untuk bertanya, "Mengapa hak untuk aman masih harus diperjuangkan secara diam-diam? Mengapa perempuan harus menanggung beban ini sendiri?"
"Tetapi kenapa obor itu harus menjadi beban kita untuk dibawa secara diam-diam? Bagaimana mungkin kita tidak semua bisa sepakat tentang hak asasi manusia yang paling mendasar ini?"
Apa yang disampaikan Lively menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan bukan hanya tentang menduduki posisi penting atau memiliki suara di forum besar.
Ini juga tentang keberanian sehari-hari, menceritakan pengalaman pahit, saling menguatkan, dan tidak menyerah bahkan saat dunia terasa tidak adil.
Di akhir pidatonya, Lively memberikan harapan—bahwa perempuan mampu bertahan dan bahkan tumbuh dari rasa sakit mereka.
"Kita bisa bertahan sampai akhir, secara fisik ataupun emosional, dan kita akan, kita bisa, dan kita melakukannya. Bahkan ketika rasanya tidak mungkin. Bahkan ketika kita berada dalam rasa sakit yang tajam. Jangan pernah meremehkan kemampuan seorang perempuan untuk bertahan dalam rasa sakit," ungkapnya.
Pidato Blake Lively di Time100 Gala adalah pengingat kuat bahwa setiap perempuan memiliki kekuatan untuk menjadi "obor" bagi yang lain—dan bahwa dalam berbagi, ada kekuatan untuk menyelamatkan dunia satu nyawa, satu cerita, satu keberanian dalam satu waktu.
Baca Juga: Dugaan Pelecehan, Blake Lively Tuntut Keadilan dan Gugat Justin Baldoni
(*)