Kebaya Bali sangat lekat dengan unsur religius dan digunakan dalam berbagai upacara adat dan keagamaan.
Ciri khas kebaya Bali lebih ketat di bagian tubuh dengan lengan panjang dan detail renda atau bordir. Sering menggunakan bahan brokat dengan warna-warna mencolok seperti kuning, merah, dan emas.
Memiliki potongan yang mengikuti bentuk tubuh, biasanya dipadukan dengan kain songket atau endek Bali, dan dilengkapi dengan selendang di pinggang (senteng) sebagai penanda kesopanan. Penggunaan kebaya ini sangat umum digunakan saat upacara keagamaan di pura, sehingga model dan warna kadang disesuaikan dengan keperluan ritual.
Meskipun sama-sama disebut "kebaya", tiap daerah di Indonesia memiliki interpretasi dan gaya kebaya yang sangat berbeda. Perbedaan ini mencerminkan keberagaman budaya yang memperkaya identitas bangsa.
Keragaman budaya dalam kebaya ini juga ditunjukkan pada peringatan Hari Kartini dalam acara sebuah kolaborasi perempuan lintas generasi dan budaya bertajuk "Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya" dihadirkan untuk menghidupkan kembali nilai perjuangan perempuan Indonesia lewat karya dan aksi nyata.
Acara yang digelar di Warung Turki, Jakarta ini mempertemukan perempuan dari berbagai latar belakang, mulai dari komunitas perkawinan campur Srikandi, sociopreneur muda, desainer, pelajar, hingga pelaku usaha kreatif.
Salah satu sorotan utama acara ini adalah fashion show kolaboratif antara desainer Liesna Subianto (Kebaya Jeng Sri) dan ilustrator muda dari 3 Saudari yang masih berusia 18 tahun yakni Nadira Parsa Manthovani (Nara).
Nara menampilkan tujuh karakter perempuan dari budaya Betawi, Jawa, Bali, Sumatera Barat, Dayak, Tionghoa, dan Papua dalam bentuk ilustrasi patchwork, yang kemudian diaplikasikan Liesna ke dalam desain kebaya modern.
Baca Juga: 7 Jenis Kebaya Ikonik untuk Perempuan Tampil Anggun di Hari Kartini