Membaca untuk Perjuangan
Rohana Kudus lahir pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam. Lahir dengan nama Sitti Rohana, anak sulung dari 26 bersaudara memiliki ayah bernama Moehammad Rasjad Maharadja Sutan dan ibu Kiam.
Tinggal di keluarga moderat, Rohana kecil sudah memiliki kegemaran membaca. Ayahnya membelikan berbagai buku, majalah, maupun surat kabar.
Meski tak mengenyam bangku pendidikan formal, di usia lima tahun Rohana sudah mengenal abjad Latin, Arab, dan Arab Melayu berkat didikan ayahnya.
Beberapa lama kemudian, ayah Rohana pindah tugas ke Alahan Panjang saat Rohana berusia 6 tahun. Di sana, ia bertetangga dengan Jaksa Alahan Panjang Lebi Jaro Nan Sutan dan Adiesa, istrinya.
Pasangan ini tak memiliki anak, oleh karena itu mereka menganggap Rohana sebagai anak sendiri.
Adiesa sering mengajak Rohana untuk main di rumahnya. Di sana, Rohana tak hanya bermain, namun Adiesa mengajarinya baca-tulis dan juga menganyam, dimana saat itu keahlian ini hanya dimiliki oleh perempuan keturunan Belanda.
Dua tahun kemudian, ayah Rohana kembali ditugaskan ke Simpang Tonang Alu. Sang ayah pun makin sering memberikannya buku. Selama membaca buku, Rohana memiliki kebiasaan khusus. Ia gemar membaca buku tersebut dengan lantang di teras rumah.
Awalnya, orang-orang disekitar tempat tinggalnya menganggap aneh kebiasaan Rohana. Namun, orang pun jadi tertarik mendengarkan Rohana. Apalagi ketika Rohana membaca buku dengan berbagai bahasa asing.
Menyuarakan Nasib Perempuan dengan Lantang
Orang di lingkungannya menjadi antusias terhadap apa yang dibacakan Rohana. Mereka pun tertarik dan datang ke teras rumah Rohana untuk belajar membaca dan menulis.
Semakin hari, semakin banyak yang datang hingga akhirnya Rohana mendirikan sekolah di teras rumahnya, terutama ibu-ibu dan anak-anak.
Sesekali, sang ayah membantunya membelikan keperluan untuk sekolahnya. Bahkan, sang ayah kerap kali membantu Rohana mengajar hingga berbagi tugas.
Baca Juga: Perjalanan 30 Tahun Jurnalis Senior Desi Anwar di Media Tanah Air