Duh! Minimnya Edukasi Soal Kesehatan Reproduksi, Sebabkan Angka Kematian Ibu Tinggi

Ratu Monita - Selasa, 9 Maret 2021
Duh! Minimnya Edukasi Soal Kesehatan Reproduksi, Sebabkan Angka Kematian Ibu Tinggi
Duh! Minimnya Edukasi Soal Kesehatan Reproduksi, Sebabkan Angka Kematian Ibu Tinggi Freepik.com

Parapuan.co - Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kesejahteraan suatu negara.

Namun sayangnya, angka kematian ibu di Indonesia masih terbilang cukup tinggi.

Menurut Deputi KB KR BKKBN, dr. Eni Gustina, MPH, berdasarkan data dari susenas pada tahun 2015, 305 dari 100.000 perempuan meninggal disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan melahirkan.

Baca Juga: Vaginismus, Disfungsi Seksual yang Membuat Perempuan Merasakan Nyeri Saat Bercinta

Hal ini tentu menjadi fakta yang miris, terlebih melihat data terbaru terkait kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) mengalami peningkatan.

"KTD yang semula 17,5, kini naik menjadi 20,3. Artinya, banyak orang sebenarnya tidak ingin hamil, tapi karena berbagai hal dia hamil," ungkap dr. Eni Gustina, MPH, dalam acara Perayaan Hari Perempuan Internasional 2021: Perempuan Sadar Pilihan. 

Banyaknya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan menjadi pemicu banyaknya masalah dalam kesehatan reproduksi perempuan.

Akses perempuan untuk mendapat edukasi kesehatan reproduksi juga masih sangat minim. 

Sementara semakin sedikit pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, maka akan semakin kurang kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

Permasalahan ini juga tidak hanya berdampak terhadap kondisi fisik perempuan, namun juga pada kesehatan mentalnya. 

Baca Juga: Vaginismus, Disfungsi Seksual yang Membuat Perempuan Merasakan Nyeri Saat Bercinta

"Kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Paling banyak adalah kasus prenatal depression atau kasus bunuh diri sebagai konsekuensi mereka tidak siap yang disebabkan oleh tidak adanya pemahaman," ujar Analisa Widyaningrum, psikolog, dalam kesempatan yang sama.

Analisa juga menjelaskan, jika masalah ini tidak diatasi akan meningkatkan risiko penyakit fisik yang ebrujung pada kematian.

"Ketika ibu tidak siap secara psikologis, artinya ia tidak mampu mengambil keputusan terkait berapa jumlah anak yang mungkin secara psikologis tidak siap untuk punya anak kedua. Belum lagi dampaknya pada tumbuh kembang anak yang justru bisa menambah masalah baru lagi," tambah Analisa.

Oleh sebab itu, dalam momen Hari Perempuan Sedunia ini, Andalan mengajak perempuan Indonesia untuk untuk sadar serta mampu menentukan pilihan kesehatan yang terbaik untuk dirinya.

Dalam acara tersebut juga, dr. Eni mengingatkan bahwa perempuan memiliki pilihan untuk menentukan kapan dia akan punya anak, berapa jumlah anak yg diinginkan, jarak anak, dan kapan untuk tidak punya anak lagi.

Hal ini dilakukan mengingat perempuan juga harus berperan dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri guna mengurangi dampak kesehatan terhadap tubuhnya.

Baca Juga: Awas Telat! 3 Makanan Ini Bisa Bikin Siklus Menstruasi Tidak Teratur

Sebab tak jarang, perempuan kerap mendahulukan kepentingan orang lain, khususnya orang terdekatnya, di atas kepentingan dirinya sendiri, termasuk soal kesehatan reproduksinya. 

Padahal, kesehatan reproduksi perempuan memiliki anatomi yang begitu kompleks, hingga proses kehamilan pun bisa direncanakan.

Perencanaan kehamilan yang matang dan baik, mulai dari persiapan kesehatan menjelang kehamilan, kelahiran, hingga setelah melahirkan, dapat mengurangi risiko kesehatan reproduksi, bahkan mengurangi angka kematian ibu. (*)



REKOMENDASI HARI INI

Mengapa Semut Muncul di Rumah Saat Musim Hujan? Ini Cara Mengatasinya