Parapuan.co - Seiring bertambahnya usia, ada banyak emosi, karakter, dan perilaku kita yang rupanya dipengaruhi oleh pengalaman hidup kita di masa kecil.
Pengalaman hidup di masa kecil inilah yang disebut dengan inner child. Dan, semua yang kamu alami saat dewasa, inner child ini bisa menjadi jawabanmu.
Menurut Anastasia Satriyo sebagai psikolog anak, inner child ini dipopulerkan oleh tokoh psikolog terkenal, Carl Jung. Dalam konsepnya, dia percaya bahwa setiap manusia saat dewasa membawa pengalaman hidup di masa kecil. Baik pengalaman buruk atau baik.
Baca Juga: Anak Mulai Bosan di Rumah Saja? Ajak Ia Lakukan 5 Aktivitas Seru Ini!
“Dari perspektif neuroscience/neuropsikologi tentang perkembangan otak manusia, di masa anak-anak pengalaman yang dialami anak, maupun pengalaman interaksi dengan orangtua/orang dewasa/guru di saat kita masih masa anak-anak, terutama 0-7 tahun. Di usia ini pengalaman sangat tersimpan kuat dan membekas di otak/sistem syaraf,” jelas Anastasia kepada PARAPUAN.
Oleh sebab itu, inner child ini membawa semua pengalaman hidup kita seperti luka emosi dari psikologis, kekuatan psikologis, kegembiraan, dan harapan yang kita alami di masa anak-anak.
Hanya saja, seiring proses evolusi manusia, otak manusia rupanya lebih mudah mengingat hal negatif dibandingkan positif. Hal inilah yang membuat pengalaman di masa kecil sangat membekas dibandingkan pengalaman menyenangkan.
Lalu, siapa saja yang rentan memiliki inner child menyakitkan?
Orangtua Tidak Memberikan Rasa Aman
Menurut Anas, semua anak yang mengalami pengalaman pahit, kemudian dia tumbuh tanpa atau minim pengalaman merasa aman secara emosi sangat rentang memiliki inner child yang menyakitkan.
“Sehingga segala perkataan dan tindakan orangtua yang membuat anak merasa tidak aman secara emosi, "sesederhana" mengancam akan meninggalkan/mengusir anak sudah membuat anak terluka secara emosi karena merasa tidak aman,”
Baca Juga: Merasa Minder? Ini 4 Cara Agar Kamu Selalu Percaya Diri Setiap Hari
“Apalagi jika sering dilakukan di usia kecil anak Inner child juga bisa terluka ketika kebutuhan emosi yang sudah ada sejak kita bayi sampai dewasa tidak dipahami orangtua sehingga tidak terpenuhi,” jelas Anastasia.
Pengalaman seperti ini biasanya dilakukan oleh orangtua zaman dahulu di mana banyak dari mereka menganggap anak tidak membutuhkan kehadiran emosi. Anak hanya cukup diberi makan dan sekolah saja.
20 Ragam Kebutuhan Emosi
Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk juga memenuhi kebutuhan emosi anak. Sebab, rupanya manusia memiliki 20 ragam kebutuhan emosi yang harus diberikan oleh orangtua atau pengasuh.
Ragam kebutuhan emosi itu misalnya seperti butuh merasa aman, ditemani, didengarkan, dilindungi, diperhatikan, dianggap penting, dianggap bernilai/berharga, butuh didengarkan, dan lain sebagainya.
“Hal-hal lain yang membuat inner child terluka adalah ketika anak tidak punya pengalaman diperlakukan dan dipandang/dihargai sebagai "manusia" : sejak kecil opini dan pendapatnya dianggap tidak penting/tidak ada attitude mendengarkan dan berusaha memahami dari orangtua, tidak boleh/dilarang bermain dan having fun di usia anak-anak,” jelas Anastasia.
Baca Juga: Ingin Anak Gemar Membaca? Cobalah 5 Langkah Ini untuk Membantunya
Ada lagi tindakan orangtua yang biasanya membuat inner child terluka seperti orangtua melarang anak, menghukum anak saat berpendapat, sering dipermalukan selama bertahun-tahun, tidak boleh menunjukkan spontanitas, tidak mendapatkan pelukan, sentuhan, dan kalimat apresiasi yang cukup.
“Untuk manusia bertumbuh seperti tanaman butuh air dan sinar matahari yang cukup untuk bertumbuh,” jelasnya.(*)