Parapuan.co - Di masa pandemi Covid-19 ini, kita memang disarankan untuk menggunakan masker saat plesiran menggunakan pesawat.
Namun, belakangan ini, cuitan seorang penumpang pesawat sedang menjadi sorotan publik.
Dalam cuitannya mengatakan terdapat penumpang asing yang masuk ke dalam kabin pesawat tanpa menggunakan masker.
Baca Juga: Catat! Ini 5 Penyebab Varises yang Sering Melanda Perempuan
Sontak hal itu langsung viral di media sosial.
Tak hanya itu, penumpang yang hanya setengah dari total kursi penerbangan itu juga duduk di kursi tanpa social distancing.
Dalam unggahannya, akun @KSwazey , yang membagikan unggahan ini juga membagikan foto dan komentarnya.
Sekali lagi terbang dari Bali, sekali lagi bule2 bebas dan dibiarkan masuk pesawat tanpa masker, pramugari diam dan tidak bilang apa2 kepeda mereka @Citilink. pic.twitter.com/BCTLycdZwq
— Kelli Swazey (@KSwazey) March 6, 2021
"Sekali lagi terbang dari Bali, sekali lagi bule-bule bebas dan dibiarkan masuk pesawat tanpa masker, pramugari diam dan tidak bilang apa-apa kepada mereka," ujar @KSwazey dalam unggahannya.
Akun @KSwazey juga mengunggah foto yang memperlihatkan kondisi di dalam kabin tersebut.
Dalam foto tersebut, terlihat sejumlah penumpang tidak mengenakan masker.
Terdapat laki-laki WNA berbaju putih dan berambut gondrong sedang berdiri di kabin tanpa menggunakan masker.
Hal sama juga terlihat pada laki-laki yang sedang duduk di sisi kiri laki-laki berbaju putih. Laki-laki WNA tersebut tidak mengenakan masker.
Dalam tweetnya, @KSwazey juga menjelaskan kondisi kabin pada utasnya.
"Pesawat hanya penuh setengah, penumpang dipaksa duduk bersama di row belakang tanpa sosial distancing, kursi-kursi di depan tetap kosong." tulisnya.
Hingga (11/03/2021), Twit ini sudah Retweet sebanyak lebih dari 8 ribu kali.
Melansir dari Kompas.com, Citilink sudah mengonfirmasinya.
Baca Juga: Sama-sama Terbuka, Ini Kesamaan Cerita Meghan Markle dan Putri Diana
Resty Kusandarina, VP Corporate Secretary & CSR PT Citilink Indonesia mengatakan penumpang yang tak mengenakan terdapat dalam penerbangan penerbangan Citilink QG 634 dari Denpasar menuju Labuan Bajo pada Sabtu (6/3/2021).
Resty mengatakan awak kabin telah mengumumkan kewajiban penggunaan masker selama penerbangan.
"Awak kabin Citilink telah mengumumkan baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris bahwa seluruh penumpang wajib mengenakan masker selama berada dalam penerbangan Citilink," ujar Resty kepada Kompas.com, Sabtu (6/3/2021) sore.
Resty melanjutkan, awak kabin sudah menegur penumpang yang tidak mengenakan masker itu.
"Pada saat masuk sudah ditegur," kata dia.
Setelah itu Resty menjelaskan bahwa tak ada kendala dalam penerbangan.
"Dapat disampaikan bahwa penerbangan berjalan lancar dan tidak ada kendala sampai di Labuan Bajo," ujar dia
Ia menyatakan, protokol kesehatan yang ketat selalu diterapkan Citilink dalam seluruh lini operasional penerbangannya, baik dari sebelum, selama, hingga sesudah penerbangan.
"Mengacu pada ketentuan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah untuk dapat memastikan seluruh penerbangan berjalan secara optimal dengan tetap memprioritaskan kesehatan dan keamanan bagi seluruh pelanggan," ujar Resty.
Komentar Warganet
Mengenai penumpang asing yang tak mengenakan masker tadi, banyak warganet yang mengomentari unggahan tersebut dengan kesal, beberapa diantaranya sebagai berikut:
"Di Indonesia terlalu menyuperiorkan orang non lokal ya. Nggak jauh-jauh, di Sub, perlakuan berbeda bisa juga diterima, dilihat dari warna kulit. Apalagi sudah ketemu bule, merasa yang lokal kalah jauh.Doktrin jaman kolonialisme masih kuat," komentar akun @Heroofebr
"That's the definition of "white privilege" I'm afraid, #Sad," ujar akun @DrAlexArifianto dalam komentarnya.
"Mental inlander ini masih ada aja ya. bule dianggap superior sampe kita ngerasa segan untuk negur meskipun dia salah. coba kalau orang lokal yang ga pake masker, pasti beda perlakuannya" ujar @NUKLIR yang juga mengomentari unggahan tersebut.
Istilah White Privilege. Apa Itu?
Banyak dari dengan menyinggung istilah white privilege. Lantas, apa itu?
Menurut Kamus Oxford, istilah white privilege adalah keunggulan inheren yang dimiliki oleh orang kulit putih atas dasar ras mereka dalam masyarakat yang mencirikan ketidaksetaraan dan ketidakadilan ras.
Melansir Very Well Mind, hal ini terdapat seluruh individu, masyarakat dan banyak institusi di seluruh dunia.
Mengenai asalnya, istilah ini dikemukakan oleh aktivis dan akademisi bernama Peggy McIntosh pada tahun 1988 dalam papernya yang berjudul White Privilege: Unpacking the Invisible Knapsack.
Baca Juga: Kerasnya Hidup di Kerajaan Inggris, Meghan Markle Sempat Berniat Bunuh Diri Saat Hamil
Ia mendefinisikan istilah white privilege sebagai hak istimewa yang didapatkan orang-orang berkulit putih secara tersirat yang dimiliki budaya dominan atas orang kulit berwarna.
Dengan kata lain, kekuasaan, keuntungan, dan hal-hal istimewa lainnya tidak dialami secara merata oleh berbagai kelompok dalam masyarakat. Keuntungan hanya didapatkan oleh orang-orang yang memiliki kulit putih.
Tak hanya keuntungan, hak istimewa pada kulit putih ini juga menimbulkan anggapan bahwa orang-orang kulit putih dipandang sebagai orang yang berpendidikan dan kaya.
Hak istimewa kulit putih dapat menimbulkan reaksi negatif di masyarakat. Lebih buruk, dapat menimbulkan kemarahan.
Konsep ini telah disebut sebagai white fragility yang diciptakan oleh Robin Diangelo, dan reaksinya berkisar dari rasa malu, bersalah, takut, menghindar, defensif, dan ketidaknyamanan hingga reaksi ekstrim seperti mempermalukan, agresi terselubung, intolerabilitas, dan lainnya.
Sayangnya, hingga kini, hak istimewa kulit putih ini masih ada dalam masyarakat dunia. Kamu dapat menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, ketika kamu berkulit sawo matang dan ingin membeli foundation. Namun ternyata kamu tidak menemukan shade yang cocok dan kebanyakan shade foundation tersebut hanya untuk yang memiliki kulit putih.
Contoh lainnya, kita dapat lihat di dunia hiburan bahwa yang disebut cantik ialah perempuan yang berkulit putih.
Masih banyak contoh-contoh dari hak istimewa kulit putih lainnya. Intinya, hak-hak ini hanya menguntungkan kulit putih dan merugikan masyarakat yang lain.
Baca Juga: Penting! Ini 5 Kegiatan di Rumah untuk Melatih Anak Tanggung Jawab
Sejak Jaman Kolonial
Di Indonesia ternyata juga terdapat hak istimewa kulit putih. Hak istimewa kulit putih tersebut ternyata berakar dari zaman Belanda dulu, lho Kawan Puan.
Dikutip dari Kompas.com, Drs. Irwan Maratua Hidayana, M.A., Associate Professor Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), mengatakan bahwa Belanda membuat stratifikasi sosial dalam masyarakat.
“Rasisme tidak lepas dari warisan kolonial. Bagaimana dulu Belanda (Eropa) membuat stratifikasi sosial pada masyarakat jajahannya,” ungkapnya pada Kamis (4/6/2020).
Di Indonesia stratifikasi tersebut terbagi menjadi tiga. Yaitu golongan Eropa, golongan Timur Asing yang pada masa itu didominasi keturunan Tionghoa dan Arab, serta golongan pribumi.
Melangutip Historia, Pelaksanaan Politik Etis, yang memungkinkan kalangan terpandang, termasuk perempuan, mengenyam pendidikan.
Sementara itu, orang-orang Pribumi tidak mendapatkan keistimewaan itu karena berada dalam kelas masyarakat yang paling bawah.
Baca Juga: Meghan Markle Akui Kate Middleton Membuatnya Menangis di Hari Pernikahan
Kolonialisasi ini juga mempengaruhi persepsi pribumi terhadap orang kulit putih.
Luh Ayu Saraswati, dosen Kajian Perempuan Universitas Hawaii mengatakan hal tersebut.
“Kolonialisasi juga masuk di ruang afek, masuk ke ranah emosi. Jadi kita selalu melihat perempuan dan laki-laki yang berkulit terang (putih) berarti mereka superior. Itu sebenarnya sesuatu yang dikampanyekan, bukan secara alamiah atau naluri orang kulit putih lebih pintar atau superior,” kata Luh Ayu pada (12/04/2018)(*)