Parapuan.co - Salah satu hal yang menjadi faktor sedikitnya jumlah perempuan di lingkungan kerja adalah budaya dari keluarga.
Selama ini, budaya keluarga Indonesia adalah menganggap perempuan sebaiknya tidak berpenghasilan dan harus di rumah saja mengurus anak. Tentu saja budaya ini harus diubah.
Hal tersebut disampaikan oleh penulis dan aktivis kesetaraan gender, Kalis Mardiasih dalam sebuah konferensi pers virtual melalui aplikasi Zoom, Selasa (30/3/2021).
Konferensi pers virtual tersebut bertajuk Investing in Women: Mainstreaming Women Participation in the Economy yang diadakan oleh perusahaan teknologi finansial Amartha.
Baca Juga: Inspiratif! Ini Pendapat Prilly Latuconsina Soal Perempuan Mandiri
"Jadi harus dimulai dari unit terkecil dulu, yaitu keluarga, yang menjadi contoh," ucap Kalis dalam konferensi pers tersebut.
Dia pun mengkritik kebanyakan keluarga yang jarang mengajarkan anak perempuannya keterampilan penting lain dalam hidup selain memasak dan bersih-bersih.
Keterampilan lain tersebut bisa berupa menyetir kendaraan roda dua atau empat, maupun keterampilan memperbaiki barang elektronik yang rusak.
Akibatnya, banyak perempuan yang tumbuh dewasa dengan minim keterampilan.