Dampak media massa terhadap peran perempuan
Kalis menilai bahwa keluarga dan desa harus bahu-membahu untuk meluruskan pemahaman keliru mengenai peran perempuan bahwa perempuan hanya mengurus keluarga di rumah.
Ini karena media massa turut mendukung pemahaman keliru tersebut sehingga banyak perempuan yang semakin yakin bahwa tempatnya memang di rumah.
Hal ini tampak dari iklan komersial di media massa yang menggambarkan peran perempuan sebatas di ranah domestik, bukan profesional.
Baca Juga: 5 Film Indonesia yang Tokoh Utamanya Perempuan Hebat, Favorit!
"Perempuan selalu muncul di iklan pewangi, deterjen, dan obat batuk di televisi. Ada iklan obat batuk yang anak tiba-tiba terbangun tengah malam karena terbatuk.
Ibunya (dalam iklan itu) lalu terbangun dan memberikan obat kepada anak. Tapi bapaknya mana?" ujar Kalis, prihatin.
Iklan-iklan komersial seperti itu semakin menanamkan stigma domestik pada perempuan yang menganggap perempuan hanya bertugas mengurus keluarga sementara laki-laki lepas tangan.
Padahal, mengurus keluarga seharusnya dilakukan oleh perempuan dan laki-laki bersama-sama.
Tak hanya iklan, tayangan sinetron di televisi yang mendukung pola pikir keliru bahwa perempuan harus di rumah saja pun semakin gencar disiarkan.
Imbasnya, banyak perempuan yang menonton sinetron tersebut semakin percaya bahwa dirinya memang ditakdirkan berada di rumah dan tidak menghasilkan uang sendiri.