Dr. Sanam menambahkan, seseorang yang mengalami trauma psikologis intens kemungkinan besar memiliki amigdala yang hiperaktif.
Artinya, meskipun tidak ada bahaya di sekitarnya, amigdala mungkin masih mengaktifkan respons fight (melawan) or flight (lari), dan menyebabkan seseorang itu seolah-olah sedang terancam.
Saat merasa sedang terancam, respon fight or flight membuat seseorang menjadi tegang dan waspada.
Baca Juga: Menunda Pekerjaan Berkaitan dengan Pengelolaan Emosi, Kok Bisa?
Akibatnya bisa berbentuk serangan panik, luapan emosi, perasaan agresi, atau stres yang terus menerus.
Amigdala yang terus aktif ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Sehingga dapat mengubah strukur otak secara fisik.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam The Journal of Head Trauma Rehabilitation dilansir dari Bustle, menemukan bahwa veteran militer dengan gangguan stres pasca trauma lebih mungkin mengalami pembesaran amigdala daripada veteran yang tidak mengalami trauma.