Parapuan.co - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) seakan jadi masalah yang tak kunjung selesai.
Kekerasan dalam keluarga adalah tentang kekuasaan dan kendali, di mana merugikan bagi pasangan atau anak-anak.
KDRT bisa terjadi dalam berbagai bentuk termasuk fisik, emosional, verbal, seksual, psikologis, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Apa Itu Consent? Pahami Agar Terhindar dari Kekerasan dalam Hubungan
Lalu, bagaimana jika anak-anak mengalaminya?
Ketika mereka sering melihat, mendengar, atau merasakan kekerasan yang dialami dalam keluarganya bisa dipastikan jalan luka batin itu terbuka lebar.
Mengutip dari Raising Childern Australia, KDRT lebih mungkin dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Perempuan cenderung hidup dalam ketakutan terhadap pasangan dan terluka karena kekerasan keluarga.
Masifnya, anak-anak juga terjebak dalam KDRT karena mengalaminya sendiri atau menjadi saksinya.
Menyaksikan kekerasan dalam keluarga baik langsung maupun tidak langsung memiliki efek negatif yang sama pada anak-anak seperti kekerasan fisik itu juga terjadi pada mereka.
Sayangnya, orang yang mengalami KDRT seringkali tidak memberi tahu siapapun, bahkan menjadi kebiasaan yang menurutnya wajar.
Lebih buruknya, orang yang mengalami kekerasan menyalahkan diri sendiri atas masalah yang terjadi, sehingga mereka tidak ingin membicarakannya.
Orangtua tanpa sadar menabur garam pada luka batin untuk si buah hati dengan melakukan kekerasan di hadapan mereka.
Baca Juga: Sexting dan 8 Jenis Kekerasan Berbasis Gender Online, Apa Itu?
Hidup dalam KDRT menyebabkan kerusakan fisik dan emosional pada anak-anak, seperti:
1. Gangguan kecemasan dan depresi.
2. Sulit untuk mengelola stres.
3. Tekanan emosional.
4. Rendah diri.
5. Menjadi agresif terhadap orang lain.
6. Merasa bersalah dan menyalahkan diri karena kekerasan yang dialami.
7. Kesulitan membentuk hubungan yang positif.
8. Kurang empati dan perhatian kepada orang lain.
9. Bekas luka di bagian tubuh.
Baca Juga: Harus Apa Saat Kita Jadi Korban Kekerasan Berbasis Gender Online?
Kekerasan sampai kapanpun adalah perilaku tidak wajar karena menyebabkan luka dari segala arah baik orangtua dan anak itu sendiri.
KDRT tidak pernah bisa dibenarkan oleh perasaan, latar belakang, pengalaman masa lalu, keadaan keluarga, serta penggunaan alkohol dan obat-obatan.
Tidak peduli berapa lama bisa bertahan dalam hubungan dengan kekerasan keluarga, orang yang mengalami kekerasan dalam keluarga tidak pernah bisa disalahkan. (*)