Definisi Sindrom Stockholm
Mengutip dari Healthline.com, Sindrom Stockholm adalah respons psikologis yang terjadi ketika korban kekerasan merasa mempunyai ikatan emosional dengan penculik atau penyiksanya.
Dengan kata lain, para korban merasa bersimpati kepada orang yang menyandera mereka setelah selama berhari-hari, hingga berbulan-bulan bersama.
Ironisnya, terkadang dalam kasus tertentu perasaan simpati tersebut bisa jadi berkembang menjadi kasih sayang dan cinta.
Dalam kondisi semacam ini, dalam hati korban bisa jadi tumbuh perasaan positif terhadap orang yang menyiksanya.
Baca Juga: Hobi Selingkuh dan KDRT Bisa Terlihat dari Tulisan Tangan, Begini Penjelasan Ahli
Seiring berjalannya waktu, korban menjadi nyaman bersama pelaku dan jadi tidak ingin dibebaskan dari jeratan si pelaku. Namun, kondisi ini tak hanya untuk kasus penculikan saja.
Kondisi ini bisa dialami oleh orang yang memiliki relasi romantis atau hubungan keluarga, seperti pasangan suami istri, hubungan persaudaraan, orang tua, dan lainnya.
3 Gejala Umum Sindrom Stockholm
1. Korban membangun perasaan positif terhadap orang yang menculik, menyiksa, atau melakukan kekerasan kepada mereka.
2. Korban memiliki perasaan negatif terhadap polisi atau orang lain yang bermaksud untuk membantunya keluar dari kondisi yang dialami.
3. Korban mulai melihat sisi humanis dari pelaku, dan percaya bahwa ia dan pelaku memiliki tujuan yang sama.