Parapuan.co- Rasanya memang tak mudah bagi perempuan untuk bertahan di dunia pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki.
Tapi, percayalah, saat kamu bisa mempertahankan semuanya, kamu menjadi orang yang membuka kesempatan untuk perempuan lainnya masuk ke dunia pekerjaan tersebut.
Inilah yang setidaknya dirasakan oleh Captain Esther Gayatri Saleh, Kepala Pilot Uji di PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Memimpin posisi menjadi kepala pilot uji coba bukanlah perkara mudah. Selain menuntut ketangguhan, Esther juga harus kuat saat direndahkan oleh laki-laki seprofesi.
Sebab begini, menurut Esther belum ada sebelumnya perempuan masuk menjadi pilot uji coba di Indonesia. Masih banyak yang beranggapan bahwa profesi pilot hanya untuk laki-laki saja.
Baca Juga: Masuk Forbes 30 Under 30, Inilah Kakak Beradik di Balik 'Bye-bye Plastic Bags'
“Saya sudah enggak bisa hitung berapa banyak perilaku tidak menyenangkan itu. Perlakuan itu tidak tertulis, tapi itu sudah melecehkan, karena saya perempuan. Kamu, kan perempuan, pantasnya di dapur saja. Itu sering sekali saya dengar sejak saya bekerja menjadi pilot,” kata Esther dikutip dari Nova.id.
Awalnya, saat dilecehkan Esther merasa bisa bangkit lagi. Tapi, pelecehan itu sering kali perempuan berambut pendek ini dapatkan yang membuatnya jatuh terperosok begitu dalam.
Dan, inilah yang membuatnya mengalami depresi selama 10 tahun menjalani karier sebagai pilot.
“Kalau diceritain sekarang itu, kayak enggak ada apa-apanya. Tapi pas dulu dijalani itu rasanya.. seperti susah. Ada di dalam hati saya, seperti Tuhan bilang ke saya, Jangan kamu menyerah. Apalagi, ketika itu saya masih sangat muda,” ujarnya.
Syukurnya, keyakinan Esther akan kekuatan dari Tuhan selalu diingat sehingga inilah yang membuatnya bisa bertahan menjadi pilot uji coba.
Tak terasa sudah 35 tahun dia mengenyam profesi sebagai pilot uji coba.
Bikin Habibie Kepincut
Jarang perempuan menginginkan profesi sebagai pilot sejak dirinya masih muda. Namun, hal ini tidak berlaku dalam hidup Esther, yang merasa sudah tertarik dengan dunia pilot sejak duduk di bangku SMA.
Ini dimulai saat Esther sering plesiran bersama orangtuanya menggunakan pesawat. Kebetulan, waktu itu kabin pilot terbuka sehingga kita bisa melihatnya.
Di sinilah, rasa keingintahuan Esther tentang pilot mulat bermunculan. “Saya penasaran, kok pilot tahu, ya arah pesawat? Saya juga lihat banyak tombol-tombol (di kokpit). Saya penasaran sekali,” kata Esther.
Akhirnya, rasa penasaran ini terus membuatnya ingin mengasah kemampuannya. Yang tadinya, Esther berniat menjadi jurnalis, dia kemudian beralih ke dunia penerbangan.
Maka dari itu, usai lulus SMA, Esther mendaftar ke Sekolah Penerbangan Indonesia di Banten. Sayangnya,“Saya ditolak, karena tinggi saya tidak mencukupi dan saya berasal dari jurusan IPS (Ilmu Pendidikan Sosial),” tutur Esther.
Baca Juga: Kaori Icho, Pegulat Perempuan Pertama yang 4 Kali Bawa Pulang Mendali Emas di Olimpiade
Meskipun ditolak, tapi ini tak membuat Esther menyerah begitu saja meraih impiannya. Esther lalu nekat untuk melamar ke Sawyer School of Aviation, Phoenix, Amerika Serikat pada tahun 1982.
Tak disangka, Esther justru malah lolos masuk ke sekolah di Amerika tersebut. Tanpa pikir panjang, perempuan ini pun langsung berangkat ke Negeri Paman Sam itu.
Esther pun sekolah dengan giat sampai akhirnya dia pulang ke Indonesia untuk melamar menjadi pilot pada 1984. Lagi dan lagi, Esther harus menerima kesulitan menggapai mimpinya.
“Enggak ada yang mau menerima saya, karena saya perempuan. Saya pergi ke sana ke mari, tapi tetap ditolak,” kisah Esther.
Dan, sekali lagi, Esther harus bersusah payah mengejar impiannya. Di dalam hidupnya, perempuan asal Bandung ini memang tidak mengenal putus asa.
Dia lalu melamar di PT. Nurtanio – yang sekarang berubah menjadi PTDI, perusahaan Presiden RI ketiga, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Tak disangka, kinerja serta kegigihan Esther memincut hati Habibie pada saat itu. Habibie pula yang meyakinkan Esther kalau dirinya bisa menjadi seorang pilot.
“Pak Habibie yakin saya bisa jadi pilot. Saya diterima langsung olehnya, saya langsung diminta datang ke kantor yang berada di Bandung,” ungkap Esther.
Di sinilah, Esther dipercaya Habibie untuk menerbangkan pesawat-pesawat yang dibuat PTDI. Tak tanggung-tanggung, Esther bahkan dipercaya bisa menerbangkan pesawat rancangan Habibie yakni Gatot Kaca N-250.
Baca Juga: Tajir, Ini 5 Perempuan Terkaya Dunia dengan Kekayaan hingga Triliunan Rupiah
Pilot Uji Perempuan Pertama
Lagi, lagi, kinerja dan jerih payahnya menjadi co-pilot uji coba pesawat membuat Habibie terkesima. Sehingga, mendiang Habibie kemudian menempatkan Esther sebagai pilot di Merpati Airlines (1987-1995).
Dari situ, dia kemudian diangkat menjadi Kapten Pilot Uji,“Kalau jadi pilot, perempuan sudah banyak. Tapi, kalau pilot uji, saya rasa, saya yang pertama kali mendapatkan ini."
"Pilot uji itu beda dengan pilot komersial, karena kita menguji pesawat yang sedang dikaji, dan diujicoba untuk bisa dikasih lisensi,” jelas Esther.
Perempuan yang sudah memilih 7.000 jam terbang lebih merasa, inilah pekerjaan paling menantang buatnya. Esther bilang, “Di atas itu. Kita harus uji kelayakan mesin. Jadi nanti pas di atas, mesin dimatikan, kemudian dihidupkan lagi. Ada risiko, mesin enggak nyala.”
Tapi, ya namanya juga cinta, sehingga Esther pun melakukan dengan semangat. Jadi tak heran kalau dia diangkat menjadi Kepala Uji Pilot, dan menjadi satu-satunya yang pertama di Indonesia, bahkan di dunia pada 2012 lalu.
“(Meskipun) sudah menjadi pilot uji coba, setiap enam bulan sekali dites lagi kesehatan dan psikologis saya. Mereka tes saya, apakah saya masih layak atau tidak menjadi pilot uji coba," jelasnya.
Selain uji coba pesawat, perempuan ini juga akhirnya mendapatkan kesempatan mengajar tentang pilot keliling dunia. Enggak heran deh, Esther pun bisa diterima sebagai anggota dari Experimental Test Pilot di Amerika Serikat pada 2017 lalu.
Baca Juga: Siapa Sangka, 3 Barang Rumah Tangga Ini Ditemukan oleh Perempuan loh, Apa Saja?
“Pesan Pak Habibie kepada saya, agar tetap berkontribusi memajukan dunia penerbangan di Indonesia. Dan, saya masih menjalankan itu sampai sekarang. Ini panggilan saya,” tutup Esther tegas.
Wah, ketika menjalani mimpi penuh dengan cinta, rasanya semua pekerjaan jadi mudah ya, Kawan Puan?(*)