Jumlah Rumah dan Fasilitas Umum yang Rusak dalam Bencana NTT, Terhitung 126.459 Unit

Shenny Fierdha - Kamis, 15 April 2021
Banjir memporakporandakan rumah warga di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021)
Banjir memporakporandakan rumah warga di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021) Kompas.com

Parapuan.co - Setidaknya 126.459 rumah penduduk dan fasilitas umum rusak akibat banjir bandang dan tanah longsor yang memporakporandakan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Diberitakan Kompas.com, hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara Pemerintah Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu pada Selasa (13/4/2021) malam.

Menurut Marius, data tersebut berasal dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dari 18 kabupaten dan satu kota yang terdampak bencana.

Baca Juga: Satu Pekan Setelah Bencana Longsor dan Banjir Bandang di NTT, Suplai Air Bersih Belum Merata

Rumah penduduk yang rusak itu terdiri dari 16.896 unit rumah rusak berat, 14.928 unit rusak sedang, dan 30.719 unit rusak ringan.

Jika angka-angka tersebut ditotal, maka rumah yang rusak mencapai 62.543 unit.

Dengan demikian, sisanya yakni 63.916 unit merupakan fasilitas umum yang mengalami kerusakan akibat bencana ini.

"Fasilitas umum yang rusak itu, fasilitas pemerintah, jalan, dan jembatan," kata Marius, seperti dikutip dari Kompas.com.

Namun, dia tidak merinci berapa unit fasilitas umum yang dikategorikan sebagai rusak ringan, sedang, dan berat.

Selain itu, Marius juga menyebutkan bahwa fasilitas milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) di NTT juga rusak akibat bencana.

Kerusakan ini membuat terputusnya jaringan listrik di seluruh Pulau Timor, Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, dan lainnya.

Sampai hari ini, terhitung 33.811 warga terdampak masih berada di 74 lokasi pengungsian yang tersebar di sejumlah daerah di NTT.

Baca Juga: BNPB Akan Segera Relokasi Pengungsi Bencana NTT ke Tempat Lebih Aman

Selain itu, banjir bandang dan tanah longsor ini juga membuat 268 warga mengalami luka ringan, sedang, maupun berat.

Sementara, data sejauh ini menunjukkan bahwa korban tewas mencapai 179 orang sementara 45 orang lainnya masih hilang.

Proses pencarian dan evakuasi jenazah serta warga hilang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dalam hal ini, BNPB dibantu oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), organisasi pencarian dan pertolongan Jakarta Rescue, dan organisasi terkait lainnya.

Gubernur NTT Viktor Laiskodat menetapkan status tanggap darurat bencana pada Kamis (8/4/2021).

Status tanggap darurat bencana diberlakukan di provinsi ini dari 6 April 2021 sampai 5 Mei 2021.

Baca Juga: Presiden Jokowi Pastikan Logistik untuk Pengungsi Bencana NTT Tercukupi

Seperti kita tahu, banjir bandang dan tanah longsor menerjang Kota Kupang dan 18 kabupaten di NTT pada Minggu (4/4/2021).

Beberapa kabupaten tersebut antara lain Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, dan Alor.

Banjir bandang dan tanah longsor ini disebabkan oleh siklon tropis Seroja yang terjadi sejak Jumat (2/4/2021) sampai Senin (5/4/2021).

(*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

6 Bahan Alami untuk Membantu Mengatasi Masalah Biang Keringat