Asosiasi Psikologi Amerika juga menyampaikan bahwa mereka mendapat lebih banyak keluhan mengenai Zoom burnout ini dari para perempuan dibanding laki-laki.
Jeremy Bailenson, direktur pendiri Stanford University’s Virtual Human Interaction Lab, menulis dalam artikel Opinion untuk The Wall Street Journal April alasan mengapa Zoom burnout bisa sampai terjadi.
Ia menyampaikan bahwa interaksi melalui Zoom bukanlah hal yang wajar bagi kita dan tidak begitu menyenangkan untuk dilakukan.
Baca Juga: Pandemic Burnout Mempengaruhi Siklus Menstruasi? Ini Penjelasannya
Menurut Jeremy, sebelum pandemi datang, dalam interaksi rapat kerja orang akan saling menatap wajah dari kejauhan sambil melakukan aktivitas lain seperti menulis catatan atau membaca.
Namun dengan melakukan rapat video call, orang-orang dipaksa untuk saling menatap wajah dari jarak dekat. Fenomena ini dinamakan dengan 'hyper gaze'.