Menurutnya, perempuan tetap bisa menjadi apapun yang dia mau meski sudah punya suami dan mungkin saja ditambah anak.
Asalkan, di dalam menjalani rumah tangga, suami dan istri sepakat untuk bekerja sama atau memiliki team work.
Kerja sama tim tersebut berlaku untuk setiap aktivitas di dalam rumah tangga, tanpa harus ada pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki.
Baca Juga: Ternyata Begini Manfaat Tak Terduga Makan Bareng Keluarga di Rumah
"Bahwa yang namanya keluarga itu adalah team work. Jadi di keluargaku itu nggak ada pembagian 'lo ngapain, gua ngapain'," terang Retno Marsudi.
"Jadi siapapun yang sedang bisa melakukan, ya kita lakukan. Tentunya ada hal yang nggak bisa dilakukan suami, mengandung, melahirkan, menyusui itu nggak bisa," tambahnya.
Bahkan, Retno Marsudi bercerita, putranya yang seorang dokter nyatanya lebih sering memasak di dapur ketimbang dirinya.
Untuk urusan berbelanja pun, tidak selalu Retno sendiri yang ke swalayan atau supermarket, tetapi bisa anggota keluarganya yang lain, termasuk suami.
Baca Juga: Selain 'Habis Gelap Terbitlah Terang' Ini Kalimat Bijak Lain dari RA Kartini
"Kalau di keluargaku, yang ini tabu dilakukan laki-laki, ini tabu dilakukan sama sekali nggak ada. Sampai kemudian anak-anakku menikah, menantu-menantuku juga begitu (setara)," kata sang Menlu.
Pengalaman Retno Marsudi dan keluarga mestinya dijadikan contoh bagi seluruh keluarga di Indonesia juga, ya, Kawan Puan.
Bahwasanya, setiap anggota keluarga sama-sama memiliki kewajiban melakukan pekerjaan rumah tangga, tanpa ada kesenjangan gender.
Kiranya, itulah kunci mewujudkan kesetaraan dalam rumah tangga ala Menlu Retno Marsudi yang mestinya tidak sulit dipraktikkan.
(*)