Parapuan.co - Rasanya tak mudah menjadi pemimpin perempuan yang didominasi dengan laki-laki, terlebih bila kita tidak punya support systems.
Setidaknya, inilah yang dirasakan oleh Lili Pintauli Siregar, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, tanpa dukungan orang sekitarnya, Lili sulit untuk bisa bertahan di dunia yang ia tekuni.
Ya, apalagi saat sejak perempuan perempuan kelahiran 1966 tersebut resmi menjabat sebagai Wakil Ketua KPK pada Desember 2019.
Ketika berbincang tatap muka dengan PARAPUAN di gedung KPK, Jakarta, Senin (19/4/2021), dia mengakui besarnya dukungan dari suami dan anak-anaknya, termasuk almarhumah ibunya.
Baca Juga: KPK Ungkap Bahwa Perempuan Punya Peran Penting untuk Mencegah Korupsi, Caranya?
"Keluarga sudah mendukung. Jadi, saya setiap mau menerjuni suatu bidang, saya memang selalu (meminta) izin (kepada keluarga)," ucap Lili seraya memulai kisahnya.
Bahkan ketika dia hendak mengikuti seleksi calon pimpinan (capim) KPK pada 2019, dia tetap meminta izin terlebih dahulu kepada keluarganya.
Tak hanya meminta izin kepada kerabatnya yang masih hidup, Lili juga meminta izin kepada anggota keluarga yang sudah meninggal.
Hal ini tentunya dilakukan dengan berziarah ke makam kakek, nenek, dan bapaknya di kampung halamannya, Sumatera Utara.
Menurutnya, kegiatan nyekar ini sudah mendarah daging dalam keluarganya sehingga dia tetap melakukan hal yang sama saat hendak ikut seleksi capim KPK.
"Sudah menjadi tradisi di kampung kami bahwa mau ke manapun, berbuat apapun, kami ziarah dulu ke makam (keluarga)," ujar Lili.
Selepas mengunjungi makam, barulah dia meminta izin kepada ibunya yang saat itu masih hidup untuk dapat bersaing dalam seleksi tersebut.
Sekadar informasi, ibunda Lili baru saja meninggal pada Januari 2021 di usia 86 tahun.
Usai mengungkapkan niatnya untuk mengikuti seleksi capim KPK kepada sang ibu, barulah Lili meminta izin kepada suami dan anak-anaknya.
Baca Juga: Peran Keluarga Ajarkan Anak Nilai Moral untuk Cegah Perilaku Koruptif
"(Minta izin) ke ibu ketika masih hidup, baru (minta izin) ke suami (dan anak-anak). Jadi terbalik, bukan (meminta izin) ke suami dulu. Karena bagi saya, ridho ibu adalah ridho surga," jelas Lili.
Sang suami, sambung Lili, tidak keberatan dengan istrinya yang lebih mendahulukan restu ibu dibanding restu suami.
Ini karena suaminya pun memiliki kebiasaan yang sama dengan sang istri.
"Kebetulan suami saya juga sama pahamnya (dengan saya). Apapun (hal yang mau dilakukan) itu, utamakan ibu, jadi tanyakan ibu dulu," ujar Lili.
Wujud Nyata "Surga di Telapak Kaki Ibu"
Tak cuma memberi izin dan restu, almarhumah ibunya pun sampai solat tahajud dan membacakan surat Yasin supaya putrinya lolos seleksi capim KPK.
Penyakit serius yang kala itu diderita almarhumah tampaknya tak menjadi penghalang untuk berdoa serajin mungkin demi keberhasilan Lili.
"Padahal (saat itu) ibuku sudah dalam keadaan stroke, tapi dia tetap lakukan itu," kenang Lili.
Seolah membuktikan keyakinan yang dipegangnya bahwa ridho ibu adalah ridho surga, Lili berhasil tembus seleksi capim KPK.
Baca Juga: Ini Alasan Perempuan Harus Berani dan Tegas dalam Melawan Korupsi
Gelar Wakil Ketua KPK periode 2019-2023 resmi disandangnya sejak akhir 2019, mendampingi Ketua KPK Firli Bahuri.
Presiden Joko Widodo resmi melantik Firli, Lili, dan sejumlah petinggi lain dari badan antirasuah ini di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Desember 2019.
Lili berkisah bahwa almarhumah ibunya bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri dan menyaksikan langsung acara pelantikan putrinya di Istana dengan memakai kursi roda.
"Dengan menggunakan kursi roda, bantuan dari KPK. Saya bisa menunjukkan ke ibu bahwa doanya dikabulkan," ucap Lili dengan nada haru.
Selain doa dan restu keluarga, dia mengatakan bahwa organisasi tempatnya dulu bernaung, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), turut mendukungnya maju ke KPK.
Lili sendiri pernah menjadi Komisioner LPSK selama dua periode berturut-turut, yakni 2008-2013 dan 2013-2018.
Bahkan, orang-orang yang pernah Lili dan rekan-rekannya bantu secara hukum semasa di LPSK dulu juga ikut memberikan doa dan dukungan.
Baca Juga: Punya Tujuan Besar, KPK Beri Penyuluhan Antikorupsi pada 25 Napi Perempuan
"Jadi, mereka (orang-orang yang pernah dibantu oleh Lili dan rekan-rekanya di LPSK) sampai membacakan doa, mengirimkan (membacakan) surat Yasin, bahkan (mengadakan acara) kurban untuk itu semua (supaya Lili lolos seleksi capim KPK)," kata Lili.
Baginya, keberhasilannya mencapai pucuk pimpinan badan pembasmi korupsi ini tak lepas dari doa dan dukungan keluarga serta orang-orang di sekitarnya.
"Jadi, saya duduk di sini (KPK) bukan karena saya sendiri, tapi juga karena banyak doa dari keluarga dan dari orang-orang yang kami coba lindungi saat di LPSK dulu," tutup Lili.(*)