Parapuan.co - Setahun pandemi Covid-19 tentu memberikan dampak bagi kehidupan kita di berbagai sisi.
Melihat pengaruhnya yang begitu besar, termasuk kondisi mental membuat kita terkadang menjadi begitu sensitif.
Terlebih setiap rutinitas yang dijalani sehari-hari pada keadaan normal secara tiba-tiba harus berubah 180 derajat sejak Maret 2020 lalu.
Baca Juga: Ini 6 Kesalahan yang Dilakukan Orang Tua saat Mendisiplinkan Anak
Hal ini pun membuat orang tua dan anak-anak harus diam terkurung di dalam rumah.
Tak heran jika hal ini membuat anak-anak bosan karena begitu menginginkan aktivitas bermain di luar rumah.
Selayaknya manusia, orang tua pun merasakan dampaknya pandemi pada kondisi mentalnya.
Mungkin selama pandemi ini Kawan Puan pernah mengalami, rasanya sesak di dada dan air mata yang tak bisa terbendung lagi karena gelisah melihat situasi yang serba tidak pasti.
Hal ini pun membuat sebagian orang tua menangis di depan anaknya atau ada juga sebagian lainnya yang memilih untuk menahan tangisnya di hadapan si kecil.
Kemudian, setelah anaknya tertidur membuat orang tua merenungi hari-hari yang penuh dengan tekanan dan sebagian orang tua bertanya, bolehkah untuk menangis di depan anak-anak?
Melansir dari laman Good House Keeping, menurut Beth Proudfoot, LMFT seorang ahli parenting di San Jose mengatakan, "Memang benar orang tua harus selalu memberikan dukungannya pada anak-anak, namun mereka juga memiliki emosi dan tidak perlu menyembunyikannya."
Baca Juga: Ternyata Trauma pada Anak dapat Mempengaruhi Kesehatan di Masa Depan
Mengingat, begitu banyak tekanan secara emosional selama pandemi Covid-19 untuk para orang tua, terutama ibu.
Sebagai mana yang kita ketahui, selama pandemi peran seorang ibu harus bertambah, yakni selain mengurus pekerjaan rumah, merawat anak dan suaminya, ia juga perlu mendampingi proses belajar daring.
Belum lagi, sebagian dari para perempuan ini mengalami kehilangan orang yang dicintai, kondisi kesehatan yang menurun, dan kondisi perekonomian keluarga yang mulai mengkhawatirkan.
Sehingga wajar saja jika seorang ibu kini menjadi lebih sensitif dan terkadang menangis.
Seorang senior wealth adviser di Michigan, Brad Repke mengatakan bahwa menangis di depan anak bukanlah hal yang salah.
Justru hal ini menunjukkan pada anak bahwa rasa ingin menangis bukanlah suatu hal yang wajar.
"Kalau kamu mau meneteskan air mata, ya tidak apa-apa," ujar Brad dikutip dari laman Good House Keeping.
Selain itu, Brad juga menyampaikan bahwa menangis di hadapan anak akan membuatnya mengerti bahwa menangis itu tidak masalah dan setelahnya akan membuat diri kita merasa lebih baik.
Baca Juga: Terbawa Sampai Dewasa, Ini Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Trauma
Sebagai informasi, menangis dapat mengeluarkan hormon oksitosin dan endorfin, yakni hormon yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan membantu meringankan lelah fisik dan emosional.
Sehingga wajar, jika setelah menangis kamu akan merasakan kelegaan baik secara fisik dan emosional.
Akan tetapi, setelahnya penting bagi kamu sebagai orang tua untuk menjelaskan pada anak-anak bahwa bukan salah si kecil kamu menangis.
Sampaikan kepada mereka alasan sederhana yang membuat kamu menangis dan tidak lupa untuk menjelaskan perasaan kamu pada si kecil.
Hal ini akan membantu mereka dalam mengenal jenis-jenis emosi.
Mungkin setelah melihat kamu menangis, anak-anak akan berusaha memelukmu untuk menghibur.
Namun jangan lupa untuk ucapkan terima kasih kepada mereka dengan senyum dan tunjukkan bahwa kamu baik-baik saja.
Baca Juga: Pernah Sedih atau Menangis Setelah Seks? Jangan-jangan Ini Penyebabnya
Jadi, Kawan Puan tidak perlu menahan tangis lagi ya di depan si kecil.
(*)