"Reinfeksi berarti gejala dan hasil labnya sudah negatif, kemudian terkena lagi setelah episode pertama selesai," ujar Erlang seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, gejala yang dialami orang kembali mengalami infeksi virus corona sebagian besar sama dengan gejala infeksi sebelumnya.
Misalnya, mengalami gejala demam, batuk, sesak napas, dan flu.
Termasuk juga tingkatan gejala tersebut, mulai dari gejala ringan hingga berat.
Reinfeksi memang bisa terjadi karena cirus corona bisa berubah dan kemudian berpengaruh pada gen dari virus yang akan menyerang sel tubuh.
Nah, perubahan dari sel itu lah yang membuat virus bisa menghindari antibodi.
Sehingga seseorang bisa terinfeksi Covid-19 secara berulang, terutama pada individu yang memilki respons kekebalan tubuh yang lemah.
Ahli Biologi Molekuker, Andi Utomo menjelaskan bahwa jumlah antibodi yang dimiliki penyintas Covid-19 sebenarnya bergantung pada tingkat keparahan gejala.
Termasuk juga dengan durasi lamanya terpapar virus corona tersebut.
Semakin lama durasi terpapar Covid-19, maka antibodi yang dihasilkan akan semakin banyak, begitu pun sebaliknya.