Ini yang Tak Boleh Disampaikan Pada Remaja yang Mengalami Depresi

Alessandra Langit - Rabu, 5 Mei 2021
Ilustrasi orang tua dan anak remaja
Ilustrasi orang tua dan anak remaja iStock

Parapuan.co - Jika Kawan Puan memiliki anak remaja pasti kamu sudah biasa melihat dan menghadapi perilaku mereka yang tidak tertebak.

Anak remaja cenderung memilih diam di kamar seharian.

Jika diajak berbicara, mereka biasanya memberikan tanggapan yang tidak dapat kita mengerti.

Di saat waktu luang, mereka juga memiliki kecenderungan untuk tidur sepanjang hari kecuali jika kamu memaksanya untuk melakukan sesuatu.

Mereka juga memiliki kecenderungan untuk memilih menghabiskan waktu bersama ponsel dan komputer daripada berkumpul di ruang keluarga bersamamu dan pasanganmu.

Baca Juga: 4 Kebiasaan Toxic Orang Tua Ini Bisa Berdampak Negatif pada Anak

Di saat-saat tertentu, anak remaja juga sering mengalami ledakan emosi, mereka akan marah atau menangis dengan sebab yang tidak diketahui.

Perilaku tersebut merupakan hal umum yang terjadi pada anak ketika mereka menyentuh usia remaja.

Banyak dari kita yang mengasumsikan perilaku tersebut sebagai bentuk ketidakseimbangan hormon yang terjadi di usia remaja.

Namun, perilaku tersebut juga merupakan gejala depresi yang harus kita perhatikan.

Jika Kawan Puan sudah memiliki waktu untuk memulai pembicaraan dengan mereka tentang perilaku tersebut, berikanlah ruang untuk mereka mengeluarkan segala yang dirasakannya.

Jika gejala tersebut benar adalah akibat depresi yang mereka alami, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama apa saja yang tidak seharusnya kita lakukan atau katakan kepada mereka.

Melansir dari Healthline, berikut hal yang harus kita hindari jika berinteraksi dengan anak remaja yang mengalami depresi.

Memberi kritikan dan hukuman

Biasanya, ketika anak remaja kita memiliki nilai buruk di sekolah, tidak mau berinteraksi dengan keluarga, mengurung diri di kamar, kita sebagai orang tua sering menghukumnya.

Hukuman tersebut bisa berbentuk kritikan, menyita ponsel dan komputer mereka, atau melarang mereka melakukan hal yang disukai.

Namun, saat anak memiliki gejala depresi, hal tersebut tidak boleh kita lakukan.

Tentu saja, depresi bukanlah “tiket” bagi anak remaja untuk berperilaku buruk, namun kita harus bisa membedakan gejala yang menjadi penyebab dan kenakalan yang menjadi akibatnya.

Kamu bisa mengganti kritikan dan hukuman dengan memahami bahwa mereka sedang berjuang, dan beri dorongan untuk mereka untuk terus mencoba lebih baik. 

Sebagai alternatif dari menyita ponsel, kamu dapat menyarankan kegiatan bersama keluarga atau mengundang sahabat-sahabat mereka.

Jika kamu membutuhkan kontribusi mereka di rumah, kamu dapat bertanya, "Saya tahu sulit untuk melakukan pekerjaan rumah saat kamu merasa seperti ini. Menurutmu apa yang bisa kamu tangani sekarang?”

Jangan lupa, ingatkan mereka bahwa kamu mencintai dan mendukung mereka.

Baca Juga: Si Kecil Mulai Tumbuh Dewasa, Beri Penjelasan Bijak Soal Perceraian

Menghakimi pikiran bunuh diri

PARAPUAN paham bahwa pasti sangat menyedihkan mengetahui buah hatimu melukai diri sendiri dengan berbagai cara berbahaya. 

Naluri pertama kamu mungkin menggeledah kamar mereka dan membuang alat tajam untuk menyakiti diri sendiri dan memeriksa tubuh mereka setiap hari. 

Tetapi perilaku ini sering kali hanya akan mempermalukan anakmu dan membuat mereka merasa dihakimi tanpa dipahami terlebih dahulu situasi yang mereka hadapi.

Ada baiknya jika Kawan Puan beri ruang bagi mereka untuk menceritakan hal yang memicu mereka melakukan tindakan percobaan bunuh diri.

Baca Juga: Si Kecil Sering Bertengkar dengan Saudara? Ini 4 Cara Mengatasinya

Memaksa mereka untuk terbuka

Anak remajamu mungkin tidak selalu ingin membicarakan perasaannya atau berbagi proses yang mereka jalani dalam terapi. 

Tentu, kamu ingin tahu keadaan dan perkembangan mereka, tetapi memaksa mereka untuk selalu terbuka akan membuat mereka merasa tidak nyaman.

Penting untuk mengetahui tentang perkembangan mereka namun ada baiknya jika menunggu mereka siap. 

Ingatkan mereka bahwa kamu akan selalu ada setiap kali mereka butuh untuk berbicara.

Kawan Puan, kita memang butuh kesabaran saat menghadapi situasi seperti ini.

Pastikan kamu melakukan hal yang seharusnya, bukan malah menambah beban mereka. (*)

Sumber: Healthline
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati