Anak kamu memiliki hak untuk menjalin hubungan dengan orang tua lainnya yang bebas dari pengaruh salah satu orang tua.
Selain itu, jangan menggunakan anak sebagai pembawa pesan kepada mantan pasangan.
Tujuannya adalah menjauhkan mereka dari masalah hubungan kamu dengan mantan pasangan.
Ini bisa jadi menyakiti hatinya dan bertanya-tanya kenapa orang tuanya tidak akur.
Baca Juga: Buah Hati Sering Memukul Diri Sendiri? Ini yang Perlu Kamu Lakukan
2. Komunikasi Efektif Bersama Mantan Pasangan
Meskipun pada kenyataannya sangat sulit, komunikasi yang damai, konsisten, dan terarah sangat penting untuk keberhasilan mengasuh bersama.
Semuanya dimulai dari pola pikir kamu.
Pikirkan komunikasi dengan mantan dengan tujuan tertinggi: kesejahteraan anakmu.
Jadikan anak kamu titik fokus dari setiap diskusi yang kamu lakukan bersama mantan pasangan.
Tidak mengapa kamu tidak bertemu dengan mantan secara langsung, berbicara melalui telepon atau mengirim pesan teks sudah cukup sebagai tempat berdiskusi.
Tujuannya adalah membangun komunikasi bebas konflik dan memastikan kasih sayang dan jaminan hidup anak akan terjamin.
3. Orang Tua Sebagai Sebuah Tim
Bagi anak, orang tua terdiri dari sosok ibu dan ayah. Tidak salah satunya saja.
Meskipun kamu dan mantan pasangan saling tidak menyukai, menjadi orang tua penuh dan berbagi keputusan untuk masa depan anak adalah kebutuhan penting.
Bekerja sama dan berkomunikasi tanpa ledakan atau pertengkaran membuat pengambilan keputusan lebih mudah bagi semua orang.
Jika kamu fokus untuk konsistensi, keramahan, dan kerja tim dengan mantan pasangan kamu, detail keputusan mengasuh anak cenderung terjadi.
Baca Juga: Remaja Lebih Mudah Menerima Perceraian Orang Tua, Tapi Tidak dengan Konfliknya