Parapuan.co - Ketika kamu dan pasangan memutuskan untuk bercerai, itu bukanlah keputusan yang mudah.
Banyak pertimbangan yang sudah kamu lalui. Perceraian terjadi bukan karena alasan.
Banyak yang berpikir jika perceraian dalam rumah tangga terjadi karena perselingkuhan.
Ternyata, perceraian memiliki masalah yang lebih kompleks dari perselingkuhan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perceraian dalam rumah tangga seperti faktor ekonomi, perubahan gaya hidup, rasa tidak percaya, dan bahkan kekerasa dalam rumah tangga juga menjadi penyebab perceraian.
Baca Juga: Belajar Jadi Ibu Hebat ala Linda di Film The Mitchells vs The Machines
Melansir dari Womenshealthmag.com, perempuan kerap dipandang sebagai pihak yang paling tersakiti dan dirugikan di banding laki-laki.
Ternyata ada beberapa faktor yang memengaruhi keadaan tersebut.
Faktor Ekonomi
Salah satu faktor yang menyebabkan perempuan menjadi pihak yang paling tersakiti dan dirugikan oleh laki-laki adalah faktor ekonomi.
Kondisi keuangan memiliki peran yang cukup besar dalam rumah tangga.
Masih banyak perempuan yang tidak memiliki pekerjaan dan memilih menjadi ibu rumah tangga.
Ini menyebabkan mereka mejadi pihak yang dirugikan pasca perceraian.
Meski laki-laki tetap memiliki tanggung jawab kepada anak mereka, namun ini tetpa menjadi poin sulit untuk perempuan.
Tak hanya itu, perceraian yang diakibatkan karena kondisi ekonomi dapat mempersulit keadaan ini.
Baca Juga: Suka Belanja Alat Tulis Meskipun Tak Dipakai? Ternyata Ini Penyebabnya
"Tekanan keuangan manambah permasalahan lain pada situasi yang menyakitkan," ucap Constance Ahrons, Ph.D, mediator perceraian di San Diego dan penulis The Good Divorce.
Hal tersebut juga didukung dengan penghasilan antara perempuan dan laki-laki.
Meskipun perempuan juga memiliki pekerjaan namun, penghasilan mereka akan lebih rendah dari mantan suami.
Constance juga mengatakan jika perempuan memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengasuh anak.
Ini menyebabkan perempuan membutuhkan lebih banyak uang.
Bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk kelangsungan hidup anak.
Faktor Emosional
Faktor emosional juga menyabakan perempuan dipandang sebagai pihak yang tersakiti.
Laki-laki memiliki peluang lebih cepat untuk kembali menikah pasca perceraian.
Mereka juga cenderung memiliki hubungan lain pasca berpisah.
Keadaan ini menyebabkan keterguncangan emosional pada perempuan.
Terlebih saat mengetahui jika mantan suami mereka telah berkencan atau memutuskan untuk membangun rumah tangga yang baru.
Untuk mengatasi efek ini, perempuan disarankan untuk mencari dukungan dari kelompok yang juga mengalami perceraian.
Baca Juga: Tetap Semarak Merayakan Idulfitri Saat Pandemi dengan 5 Cara Ini
Dengan begitu mereka dapat saling berempati satu sama lain dan memberi dukungan psikologis.
Perceraian bukan hal yang mudah, namun perempuan tidak bisa dianggap lemah hanya karena perceraian.
Kamu dalam membangun perlindungan diri agar tidak terus-menerus berada dalam keterpurukan.
Rumah tangga mungkin bukan hal yang menyenangkan bagimu jika mengalami perceraian.
Maka dari itu kamu berhak untuk mendapatkan kebahagaian dan ciptakan kebahagian untuk dirimu sendiri ya, Kawan Puan. (*)