"Saat kamu mengajari anak dengan cara memukulnya, maka artinya kamu mengajarkannya untuk memukul. Hal ini bakal jadi contoh buruk yang ia ingat dan ikuti saat menghadapi suatu masalah nanti," jelas Dr. Andrew Grogan Keylor.
Selain itu, cara pendisiplinan balita yang keras juga berpengaruh terhadap fungsi orak anak-anak.
Dr. Sabrina Suffren dari University of Montreal mengungkapkan pola asuh yang keras dapat memengaruhi struktur fisik otak.
Baca Juga: Bahaya, Pola Asuh Ketat Justru Tumbuhkan Masalah Perilaku Pada Anak
Hal ini terbukti dari penelitan pada Maret 2021 yang melibatkan anak berusia dua hingga sembilan tahun.
Penelitian tersebut mencari tahu bagaimana dampak praktik pengasuhan dan tingkat kecemasan anak.
Hasilnya, para peneliti menemukan anak-anak yang berulang kali mendapatkan pengasuhan keras di masa kanak-kanak memiliki sejumlah wilayah otak yang lebih kecil.
Melihat begitu besar dampak buruk dari pola asuh yang keras pada balita, hal ini menjadikan berbagai organisasi seperti American Academy of Pediatrics dan American Psychological Association memberlakukan disiplin keras sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Sebab, pendisiplinan pada anak ini selayaknya investasi jangka panjang yang akan memengaruhi hubungan kehangatan, rasa cinta, komunikasi pada anak di masa depannya.
Selayaknya sebuah pepatah mengatakan apa yang ditanam, itu pula yang akan dipetik.
Sehingga penting bagi orang tua untuk menanam benih yang baik, seperti yang dituliskan dalam artikel akademik tahun 2020 berjudul Promoting Positive Behavioral Outcomes for Infants and Toddlers: An Evidence-Based Guide to Early Intervention.