Bagaimana Merespons Kerabat yang Tidak Mendukungmu Pergi ke Psikolog?

Firdhayanti - Rabu, 12 Mei 2021
Ilustrasi orang terdekat tidak mendukungmu.
Ilustrasi orang terdekat tidak mendukungmu. suriya silsaksom

Parapuan.co – Saat kita mengalami sesuatu yang salah dengan kondisi mental kita dan ingin terbuka kepada kerabat seperti keluarga dan teman dekat, tak semua responnya baik.

Ada yang langsung menghakimi, salah paham, bahkan mungkin kita dibilang gila. Padahal yang kita lakukan adalah pergi ke psikolog.

Ketika mendapatkan tanggapan yang tidak kamu harapkan, selanjutnya kamu akan bertanya, bagaimana merespons mereka yang tidak mendukungmu pergi ke psikolog?

Baca Juga: Kampanyekan Kesehatan Mental, Ariel Tatum Ingatkan Kita untuk Tak Malu ke Psikolog

Pasalnya, terkadang, mereka tidak mengerti maksud yang kita lakukan, atau lebih buruknya lagi, mereka tidak percaya pada terapi psikologis oleh psikolog.

"Saya memiliki klien yang tidak ingin keluarganya mengetahui bahwa mereka akan menjalani terapi," kata Natalie Jones, PsyD, seorang konselor klinis profesional berlisensi (LPCC), psikoterapis, dan pemilik dari Lifetime Counseling and Consulting, dilansir dari Popsugar. 

Katanya, klien itu takut keluarganya akan berpikir negatif tentang mereka karena pergi ke psikolog dan itu membuat mereka merasa malu, seperti ada yang tidak beres dengan mereka.

Natalie mencontohkan sebuah keluarga yang mayoristasnya dibesarkan untuk tidak membahas masalah internal di luar rumah dan seseorang tidak akan pergi terapi kecuali gila.

Untuk itu, Natalie menyarankan untuk memikirkan perlunya percakapan ini pada awalnya.

"Ini mungkin tidak dapat dihindari, berdasarkan situasi kehidupan atau keuanganmu, tetapi ingatlah, terapi dan kesehatan mentalmu secara umum, adalah subjek pribadi,” kata Natalie.

Untuk itu, kamu tak perlu merasa wajib untuk berbagi jika memang tidak perlu.

Jika hal ini adalah percakapan yang harus kamu lakukan, berikut beberapa hal yang dapat kamu katakan untuk merespons mereka yang tidak mendukungmu, menurut Natalie.

Baca Juga: Pernah Idap Bipolar, Rachel Vennya Ingatkan Tak Ada Salahnya ke Psikolog

1. Jelaskan bahwa terapi ini penting.

Bisa begitu karena pergi ke psikolog ternyata dapat mengembalikan kesehatan mentalmu, terlepas dari apa yang mereka pikirkan.

Katakan, "Saya harus melakukan yang terbaik untuk diri saya dan kesehatan mental saya berdasarkan apa yang terjadi dalam diri saya untuk hidup saya saat ini."

2. Tidak perlu membuktikan apa pun kepada mereka.

Yang dapat menciptakan keseimbangan dan kesejahteraanmu hanyalah dirimu sendiri.

Ingatlah, kamu tidak perlu berhutang penjelasan kepada siapapun untuk melakukan apa yang terbaik dalam hidupmu.

Baca Juga: Peringati Hari Bipolar, Rachel Vennya: Nggak Harus yang Punya Gangguan Mental yang ke Psikolog

3. Jika ingin diskusi, ceritakanlah pengalamanmu.

Bilanglah bahwa kamu mempercayai terapi psikologis sama seperti berolahraga agar fisik lebih bugar. Itu bermanfaat dan membantumu. 

Katakan, "Saya percaya, kita berolahraga untuk tetap bugar secara fisik. Nah, kita juga harus olahraga mental agar tetap bugar secara mental."

Lantas, bagaimana jika mereka mempengaruhi keputusanmu untuk pergi ke terapis?

Jika kamu mengalami hal ini, Natalie berkata, berhentilah sejenak untuk berpikir. Lalu tanyakan pada dirimu apakah pendapat itu begitu membebanimu?

"Mungkin kamu berpegang pada kebiasaan lama untuk menyesuaikan diri dengan pendapat orang lain. Mungkin itu sebagai cara untuk merasa dicintai atau berharga," kata Natalie.

Untuk hal ini, ingatlah bahwa pada akhirnya semua harus menjadi keputusanmu.

Baca Juga: Ketahui Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Serupa Tapi Tak Sama!

Kamu tahu apa yang terbaik untuk kesehatan mentalmu. Tak peduli dengan apa yang dipikirkan teman dan keluarga, kesehatan mentalmu adalah prioritas utamamu.

Jika terapi psikologis dan pergi ke psikolog dapat membantumu, kamu tidak diwajibkan untuk memberi suara kepada orang lain. (*)

Sumber: Popsugar
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja