Pasalnya, anak-anak tidak selamanya ikut orang tua, bisa saja karena merantau semasa kuliah kelak atau bahkan menikah.
Ajeng menuturkan pula, membiasakan anak untuk membantu pekerjaan rumah bisa dimulai sedini mungkin.
Namun, idealnya anak mulai dibiasakan melakukan tugas-tugas ringan seperti menyapu atau membantu-bantu pekerjaan domestik ringan lainnya ialah ketika mereka memasuki usia sekolah dasar.
Di usia itu, anak-anak sudah mengerti kalau mereka perlu punya tanggung jawab untuk diri sendiri dan mesti belajar mandiri untuk masa depannya.
“Pekerjaan domestik itu kan pada dasarnya bisa dilakukan siapa saja. Namun, memang perlu adanya kemauan. Tentunya supaya ada kemauan, peran orang tua sangat penting,” ungkap Ajeng.
Ditambahkan oleh bahwa kebiasaan yang dibangun sedari kecil, akan membuat anak-anak terampil melakukan hal tersebut yang pada akhirnya menjadikan mereka mandiri.
Baca Juga: Tanpa Orangtua Sadari, 3 Hal Ini Bisa Bikin Anak Jadi Sosok yang Manja, Apa Saja?
“Dari situ juga biasanya muncul tanggung jawab. Tanggung jawab akan kebersihan rumah, kerapian rumah,” imbuhnya.
Apabila kebiasaan membantu pekerjaan domestik terbentuk sejak dini hingga dewasa, akan lebih mudah bagi anak-anak menyesuaikan diri setelah menikah nanti.
Jika laki-laki, mereka akan otomatis bersedia membantu pekerjaan istri di rumah, karena paham akan tanggung jawab domestik.
Ajeng pun kembali menekankan, pada dasarnya generasi zaman sekarang lebih fleksibel dan tidak keberatan harus berbagi peran dalam menjalankan rumah tangga.
Terakhir, yang tak kalah penting adalah mengajak anak-anak berperan aktif dalam pekerjaan domestik sebaiknya tidak dilakukan dengan paksa.
Alih-alih menyuruh atau memaksa, orang tua bisa menggunakan kalimat persuasif, seperti, ‘Ayo rapikan tempat tidurmu’ atau ‘Bereskan mainannya, yuk, supaya rapi’.
Yuk, mulai sekarang Kawan Puan bisa mengajarkan kesetaraan di rumah dengan membiasakan anak mengerjakan tugas domestik tanpa pandang gender yah. (*)