Ingin Biasakan Anak Laki-Laki Kerjakan Tugas Domestik? Ini Saran Ahli

Arintha Widya,Citra Narada Putri - Rabu, 12 Mei 2021
Ilustrasi anak laki-laki melakukan tugas domestik.
Ilustrasi anak laki-laki melakukan tugas domestik. chee gin tan

Parapuan.co – Pada pertengahan April lalu, PARAPUAN melakukan penelitian bertajuk Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 234 orang ini diketahui bahwa 58,60 persen laki-laki masih menganggap tugas domestik hanya sebagai tugas sampingan saja.

Padahal, 64,5 persen suami dan istri saat ini mencari nafkah bersama untuk keluarga, namun pembagian peran domestik masih terasa ketimpangannya.

Bagaimana tidak, tugas domestik masih lebih banyak dilakukan istri (42,3 persen) dibandingkan suami (2,6 persen). 

Baca Juga: Suami Perlu Ambil Peran dalam Mengasuh Anak, Ini Tips Mudahnya

Konstruksi sosial yang menganggap istri harus mengerjakan tugas domestik nyatanya masih terjadi hingga saat ini. 

Lantas bagaimana memutus rantai stereotipe peran yang bias gender dalam rumah tangga? 

Menurut Ajeng Raviando, psikolog keluarga dan anak menjelaskan, bahwa orang tua berperan penting dalam memutus rantai stereotipe peran yang bias gender.

Bagaimana caranya?

Untuk melakukannya, orang tua bisa memulai dengan memberikan pemahaman kepada anak bahwa pekerjaan rumah tangga tertentu tidak harus dilakukan ayah atau ibu saja.

"Orang tua perlu memberikan pengetahuan dan pemahaman bahwa semua jenis pekerjaan rumah tangga, sebetulnya bisa dilakukan, baik laki-laki ataupun perempuan," terang Ajeng kepada PARAPUAN.

Kemudian, yang tak kalah penting ialah memberikan contoh dan apresiasi kepada anak.

Memberi contoh dalam artian, ayah dan ibu tidak membeda-bedakan pekerjaan domestik berdasarkan gender.

Ayah dan ibu bekerja sama melakukan pekerjaan rumah tangga, sehingga dalam diri anak muncul keinginan untuk turut membantu apa yang orang tuanya lakukan.

Menurut Ajeng, ketika anak mau membantu pekerjaan domestik, terlepas dari gendernya, mereka berhak mendapatkan pujian dari orang tua.

"Misalnya kalau ada anak laki-laki bantuin masak, justru harusnya dipuji. Karena kan dia mau mengulurkan tangan, ya, berbaik hati untuk membantu pekerjaan," kata Ajeng menambahkan.

Pujian dapat membangkitkan kemauan yang lebih besar dalam diri anak sehingga tidak bosan atau kapok untuk membantu pekerjaan domestik.

Baca Juga: Anak Laki-laki Korban KDRT Cenderung Tumbuh Jadi Pelaku Selanjutnya, Bagaimana dengan Anak Perempuan?

Lambat laun, si anak juga tidak merasa bahwa tugas yang dikerjakan dapat dilakukan laki-laki maupun perempuan, tanpa terpaku gender.

“Mereka saat mengerjakan pekerjaan domestik tadi dia merasa dibutuhkan. Lama-lama stigmanya (bias gender) juga makin hilang,” imbuh Ajeng.

Ajeng menambahkan, pekerjaan rumah tangga yang bisa diajarkan atau dicontohkan kepada anak-anak bisa dimulai dari tugas paling ringan.

Contohnya bisa dimulai dari membiasakan anak membereskan tempat tidurnya sendiri, atau meletakkan alat makan yang baru selesai digunakan ke tempat cuci piring.

Dengan membiasakan mengajarkan pekerjaan domestik kepada anak, menurut Ajeng, orang tua secara tidak langsung melatih kemandirian anak.

Pasalnya, anak-anak tidak selamanya ikut orang tua, bisa saja karena merantau semasa kuliah kelak atau bahkan menikah.

Ajeng menuturkan pula, membiasakan anak untuk membantu pekerjaan rumah bisa dimulai sedini mungkin.

Namun, idealnya anak mulai dibiasakan melakukan tugas-tugas ringan seperti menyapu atau membantu-bantu pekerjaan domestik ringan lainnya ialah ketika mereka memasuki usia sekolah dasar.

Di usia itu, anak-anak sudah mengerti kalau mereka perlu punya tanggung jawab untuk diri sendiri dan mesti belajar mandiri untuk masa depannya.

“Pekerjaan domestik itu kan pada dasarnya bisa dilakukan siapa saja. Namun, memang perlu adanya kemauan. Tentunya supaya ada kemauan, peran orang tua sangat penting,” ungkap Ajeng.

Ditambahkan oleh bahwa kebiasaan yang dibangun sedari kecil, akan membuat anak-anak terampil melakukan hal tersebut yang pada akhirnya menjadikan mereka mandiri.

Baca Juga: Tanpa Orangtua Sadari, 3 Hal Ini Bisa Bikin Anak Jadi Sosok yang Manja, Apa Saja?

“Dari situ juga biasanya muncul tanggung jawab. Tanggung jawab akan kebersihan rumah, kerapian rumah,” imbuhnya.

Apabila kebiasaan membantu pekerjaan domestik terbentuk sejak dini hingga dewasa, akan lebih mudah bagi anak-anak menyesuaikan diri setelah menikah nanti.

Jika laki-laki, mereka akan otomatis bersedia membantu pekerjaan istri di rumah, karena paham akan tanggung jawab domestik.

Ajeng pun kembali menekankan, pada dasarnya generasi zaman sekarang lebih fleksibel dan tidak keberatan harus berbagi peran dalam menjalankan rumah tangga.

Terakhir, yang tak kalah penting adalah mengajak anak-anak berperan aktif dalam pekerjaan domestik sebaiknya tidak dilakukan dengan paksa.

Alih-alih menyuruh atau memaksa, orang tua bisa menggunakan kalimat persuasif, seperti, ‘Ayo rapikan tempat tidurmu’ atau ‘Bereskan mainannya, yuk, supaya rapi’.

Yuk, mulai sekarang Kawan Puan bisa mengajarkan kesetaraan di rumah dengan membiasakan anak mengerjakan tugas domestik tanpa pandang gender yah. (*)