Terlalu Banyak Makan Makanan Berminyak Saat Lebaran? Lakukan Hal Ini untuk Detox

Citra Narada Putri - Kamis, 13 Mei 2021
Ilustrasi makanan khas lebaran.
Ilustrasi makanan khas lebaran. MielPhotos2008

2. Minum minuman detoks

Hal yang perlu kamu tahu bahwa minuman detoks dapat membantu membuang racun yang menumpuk di sistem pencernaan setelah mengonsumsi makanan berminyak.

Banyak pakar menyarankan bahwa program detoksifikasi atau minuman detoks bisa membantu melepaskan racun dan membantu penurunan badan.

Sebuah studi oleh Seoul Women's University di tahun 2014 pada perempuan Korea Selatan yang mengalami obesitas, menunjukkan bahwa minum jus lemon atau mengikuti diet detoksifikasi lemon dapat mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan resistensi insulin.

Setelah seharian mengonsumsi makanan-makanan berlemak, coba Kawan Puan membuat jus lemon untuk proses detoksifikasi yah.

3. Jalan Kaki

Tahukah kamu, bahwa jalan kaki 30 menit setelah makan berat dapat meningkatkan pencernaan.

Ini mampu meningkatkan motilitas perut menjadi lebih baik, membantu pencernaan dan dapat membantu menurunkan berat badan.

Coba Kawan Puan berjalan perlahan di sekitar rumahmu selama 30 menit setelah makan untuk merilekskan tubuh yah.

Baca Juga: Rutin Konsumsi Campuran Lemon dan Bawang Putih, Ampuh Atasi Kolesterol Tinggi

4. Rencanakan siklus makan berikutnya

Setelah makan banyak makanan berlemak, biasanya kita akan merasa bersalah dan memutukan untuk tidak makan pada siklus berikutnya.

Padahal car aini justru bisa membuat kita lebih kalap di siklus makan berikutnya loh.

Untuk itu, rencanakanlah makananmu untuk menghindari konsumsi makanan berminyak atau berlemak.

Dan tentu saja, di keesokan harinya, jangan lewatkan sarapan yah.

Kamu justru harus menikmati sarapan sehat untuk membuat harimu lebih bersemangat.

Sertakan sayuran dan buah-buahan dalam makananmu agar tubuh tetap terhidrasi, dan juga minum air dan jus secukupnya.

Setelahnya, coba rencanakan makan malam yang lebih ringan.

Sumber: Style Craze
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa