Selaku psikolog, Andry juga menegaskan kalau pekerjaan domestik ini cenderung bias gender atau lebih mengarah ke pekerjaan perempuan.
Padahal kita sangat boleh membebaskan anak untuk memilih tugas rumah tangga apa yang ia suka.
"Oh lebih suka nyapu ngepel, cuci piring, atau misalnya cabut rumput di depan gitu ya tidak apa-apa," ucapnya sambil memberi nasihat.
Terpenting bebaskan anak memilih tugas rumah tangga, pastikan juga ia tetap bertanggungjawab dengan tugasnya.
"Jadi bebaskan anak untuk memilih, jadi kaya bagi job gitu ya," katanya.
Contohnya pembagian tugas dengan ibu, ayah, adik, dan kakak. Pastikan semua ada tugasnya masing-masing sesuai porsi dan kemampuannya.
Dengan begitu, anak merasa bahwa yang membersihkan rumah bukan hanya dia saja, tapi semuanya punya peran yang sama.
"Nanti kalau misalnya bosan, tugas bisa di switch atau diganti gitu ya, tentunya hal ini membuat anak melakukannya dengan happy dengan suka rela," tutup Andry.
(*)
Baca Juga: Cara Menghadapi Sindrom Sarang Kosong, Kesedihan Berlebih Saat Anak Merantau