Penting! Begini Caranya Menjaga Kesehatan Mental Ibu Selama Masa Kehamilan

Ericha Fernanda - Selasa, 18 Mei 2021
Ilustrasi ibu hamil depresi
Ilustrasi ibu hamil depresi damircudic

“Saya tidak tertarik pada anak saya. Saya pikir, saya telah membuat kesalahan besar menjadi seorang ibu dan saya tidak dapat memahami mengapa saya gagal pada sesuatu yang saya yakini seharusnya terjadi secara alami dan semua wanita lain sangat ahli dalam hal itu," ungkap Jen Schwartz, advokat kesehatan mental yang berbasis di Amerika dan CEO dari Motherhood Understood, pertama kali mengalami depresi perinatal sehari setelah melahirkan.

Bukan hanya depresi dan kecemasan perinatal yang perlu ibu waspadai, perempuan juga dapat mengembangkan gangguan obsesif-kompulsif pascapersalinan, dan psikosis postpartum.

“Selama tiga bulan pertama, saya tidak tidur sama sekali. Saya selalu sadar akan kebutuhan putri saya. Dia kemudian didiagnosis menderita sakit perut. Ketika saya berhenti menyusui dan beralih ke botol, depresi dan psikosis saya menjadi sangat besar,” tutur Clara Aatoft, content creator yang berbasis di Copenhagen.

Ia didiagnosis menderita depresi pasca melahirkan yang parah dan psikosis berbulan-bulan setelah menjadi ibu baru.

Clara mengakui pernah mencoba bunuh diri dan berakhir di bangsal psikiatri.

Tapi, ia sudah sehat sekarang dan masih menjalani pengobatan antidepresan.

Kini, Clara dan anaknya memiliki hubungan yang baik.

Baca Juga: Dampak Negatif Pisahkan Anak dari Orang Tua, Si Kecil Bisa Trauma hingga Depresi

Sumber: WHO,vogue.co.uk
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami


REKOMENDASI HARI INI

Komnas Perempuan Buka Lowongan Kerja Staf Unit Pengaduan, Ini Syaratnya