Parapuan.co - Kawan Puan, di era teknologi yang semakin maju, banyak orang yang mulai termotivasi menjadi content creator.
Hal ini membuat nilai privasi di jaman sekarang merupakan hal yang langka.
Kita jadi tidak memiliki batasan kepada orang lain dan terhadap hal tertentu karena ingin mengungkapkan kehidupan pribadi diri sendiri yang dianggap menarik.
Dalam hal ini, perlu adanya upaya untuk menentukan batasan mana yang perlu diunggah di sosial media dan mana yang tidak.
Baca juga: Mulai Besok Kebijakan Privasi WhatsApp Berlaku, Apa yang Berubah?
Upaya untuk mengontrol pengungkapan materi pribadi juga diperlukan untuk kepentingan psikologis privasi serta keamanan seseorang.
Menjaga privasi juga merupakan cara untuk menjaga kondisi psikologi diri sendiri.
Menurut Psychology Today, beberapa psikolog telah mengkonseptualisasikan privasi sebagai ciri khas individu dan sebagai keadaan yang dapat bervariasi tergantung pada situasinya.
Setiap individu memang berhak memilih untuk mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain atau tidak.
Privasi kerap dikaitkan dengan penyembunyian diri untuk menutupi informasi pribadi yang negatif.
Secara psikologis, privasi berguna untuk perlindungan dari orang lain.
Tentu saja hal itu bertentangan dengan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
Kawan Puan, perlu diketahui keinginan akan privasi juga bisa menjadi pedang bermata dua, lho.
Baca juga: Akun WhatsApp akan Berakhir dalam 7 Hari, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Seseorang bisa merasa tertekan karena tidak mengungkapkan diri dan menahan diri untuk membangun koneksi dengan orang lain.
Namun, pengungkapan privasi juga membawa risiko merasa rentan dan terekspos.
Secara umum, penelitian telah menemukan bahwa penyembunyian diri dengan menjaga privasi dapat berdampak secara fisik dan psikologis yang negatif seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Begitu juga dengan pengungkapan diri yang memiliki resiko yang sama.
Uysal, Lin, dan Knee (2010) mengatakan bahwa terlalu menahan diri secara sengaja dari mengungkapkan pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang dapat menjadi pemicu stres fisiologis pada tubuh.
Selain itu, juga bisa menekan seseorang untuk menahan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau ingin dilakukan, sehingga menciptakan citra diri yang bukan jati diri sejati seseorang.
Hal itu akan berdampak pada hilangnya kesempatan seseorang untuk menunjukkan kompetensi, kelemahan, dan perasaan keterhubungan yang tulus.
Di sisi lain, privasi juga dibutuhkan untul membantu merefleksikan diri, memproses pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang agar tidak tunduk pada pandangan dan pendapat orang lain sangat penting.
Dengan adanya privasi, kita mampu mengembangkan perangkat nilai dan moral kita sendiri serta rasa identitas kita sendiri daripada mengandalkan pandangan orang lain.
Baca juga: Awas, Ini 4 Langkah Melindungi Diri Dari Penipuan Lewat Sosial Media
Serta dengan menyembunyikan diri, seseorang bisa merasa lebih tenang karena tidak ada campur tangan orang lain atas apa yang kita lakukan atau apa yang kita sembunyikan.
Pengungkapan diri dan penyembunyian diri keduanya sama-sama memiliki risiko.
Nah, Kawan Puan, sebelum mengekspos sesuatu ada baiknya kita memilah terlebih dahulu mana yang perlu di ketahui orang dan mana yang tidak perlu.
Ingat, kita perlu menciptakan batasan dalam bersosialisasi dengan orang lain. (*)