Parapuan.co - Pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 memperingatkan bahwa potensi terjadinya gelombang kedua Covid-19 di Indonesia bisa terjadi.
"Kemungkinan gelombang kedua itu bisa saja terjadi. Saat ini kenaikan kasus positif sudah mulai terjadi," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Hari B Harmadi, seperti dikutip Kompas.com.
Sonny menjelaskan, salah satu faktor penyebab kenaikan kasus penularan adalah tingkat kepatuhan protokol kesehatan di masyarakat, yang menurun hampir sebulan terakhir.
Hal ini ditambah dengan hari libur Lebaran, yang diikuti dengan arus mudik dan arus balik, meski telah dilarang oleh pemerintah.
"Ini cenderung mendukung potensi kenaikan kasus," kata dia.
Baca Juga: Terkait Kasus Kematian Akibat Vaksin, Komnas KIPI Beri Klarifikasi
Selain mobilitas yang meningkat selama sebulan terakhr, penyebab lain yang menurunkan motivasi orang dalam melakukan protokol kesehatan adalah hoaks.
"Misalnya ada informasi soal orang kalau pakai masker terlalu lama itu mengurangi saturasi oksigen, nah itu berdampak kepada yang membaca informasinya. Hoaks semacam itu yang kita perangi," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga telah mengingatkan bahwa hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Covid-19 akan segera berakhir.
Adanya risiko pandemi tahun kedua lebih mematikan disampaikan langsung oleh presiden dalam Global Health Summit 2021 yang ditayangkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (21/5/2021).
Baca Juga: Dokter Lintas Batas Dukung Hak Paten Vaksin Covid-19 Dilonggarkan
Dalam penyampaiannya, presiden mengutip pernyataan yang diutarakan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, bahwa tahun kedua pandemi Covid-19 bisa jauh lebih mematikan.
"Dokter Tedros, Dirjen WHO, menyampaikan bahwa pada tahun kedua pandemi dampaknya bisa jauh lebih mematikan dibanding tahun pertama," ucap Jokowi.
Di samping itu, Jokowi menambahkan kalau perkembangan berbagai varian baru virus Covid-19 menjadi tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, sebagai masyarakat kita dihadapkan pada fakta bahwa kemungkinan pandemi tahun kedua lebih berbahaya dan adanya mutasi virus yang masuk ke Indonesia.
Tentu saja ini bukan hal mudah bagi kita untuk menghadapinya.
Baca Juga: Kawan Puan Baru Bepergian ke Luar Kota? Satgas Covid-19 Ingatkan untuk Karantina Mandiri 5x24 Jam
Bercermin dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa akses vaksin yang adil dan merata itu sulit diwujudkan.
Mengetahui hal tersebut, Jokowi menyatakan suatu solusi yakni dengan cara dunia mengambil langkah jangka pendek, menengah, dan panjang terkait distribusi vaksinasi ini.
Untuk jangka pendek, yaitu memperkuat skema COVAX (Covid-19 Vaccines Global Access) facility yang merupakan akses setara untuk vaksin-vaksin Covid-19 di seluruh dunia.
Di mana hal tersebut merupakan bentuk solidaritas yang harus didorong dan dilipatgandakan, khususnya dalam mengatasi masalah rintangan suplai vaksin.
Selanjutnya, dalam jangka menengah dan panjang, dunia harus melipatgandakan produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan global dan membangun ketahanan kesehatan.
Baca Juga: Kenali Gejala Virus Corona Varian Baru yang Sudah Masuk ke Indonesia
(*)