Parapuan.co - Uang saku yang diberikan untuk anak tidak lantas dilepas begitu saja dan menyerahkan tanggung jawab penuh kepada mereka.
Sebagai orang tua, kita harus mengajarkan bagaimana uang itu dibelanjakan secara efisien.
Jika tidak, uang tersebut bisa habis dalam sekejap karena disalahgunakan oleh anak dengan membeli sesuatu yang tidak perlu.
Baca Juga: Anak Tantrum di Tempat Umum? Tenangkan Diri, Begini Cara Menghadapinya
Uang saku adalah tanda kebebasan finansial kecil yang menjadi tugas anak untuk menggunakan uang sebaik-baiknya.
Akan lebih bijaksana jika orang tua juga tetap mengajarkan sepertiga untuk pengeluaran, sepertiga untuk menabung, dan sepertiga untuk sumbangan amal.
Hal ini bisa membuat mereka paham bahwa uang saku tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk masa depannya dan memberikan welas asih kepada orang lain.
Kebijakan Memberi Uang Saku untuk Anak
Melansir Verywell Family, seperti aturan keluarga lainnya, tetapkan ekspektasi tentang uang saku sejak awal, kemudian patuhi bersama pasangan dan anak.
Berikan anak uang saku mereka setiap minggu, baik mereka ingat untuk memintanya atau tidak.
Uang saku ini membantu mereka belajar bagaimana membuat anggaran.
Jika mereka kehabisan dana sebelum hari pemberian uang saku berikutnya, jangan menalangi mereka.
Bagian dari poin uang saku adalah untuk belajar bagaimana membuat prioritas dan mengatur pembelanjaan.
Biarkan mereka sadar atas kesalahannya terlebih dahulu agar melakukan evaluasi dan perubahan di minggu berikutnya.
Bekerjasamalah dengan anggota keluarga lain, seperti pasangan dan kakek-nenek agar tidak menalangi uang saku yang habis.
Dorong atau minta anak kita menyisihkan sejumlah uang setiap minggu untuk tabungan jangka pendek dan jangka panjang dan untuk amal.
Menghindari Kesalahan Merencanakan Uang Saku Anak
Berikut ini kesalahan-kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua ketika mereka merencanakan uang saku untuk anak, antara lain:
1. Memberikan uang saku dengan syarat melakukan pekerjaan rumah.
Jika uang saku dikaitkan dengan tugas tertentu, anak-anak dapat berhenti melakukan tugas tersebut dan mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan uang itu lagi.
Anak-anak tidak sedang bekerja demi uang saku, sehingga kita tidak perlu mengajarkan hal ini.
Pisahkan tugas-tugas rumah dari uang saku, jika kamu memberinya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah itu hanya bonus.
Pekerjaan rumah adalah bagian dari menjadi anggota rumah tangga yang berkontribusi.
2. Menahan uang saku anak sebagai hukuman.
Hukuman yang diberikan akan lebih baik jika memiliki korelasi dengan permasalahannya, bukan dengan memberikan ancaman.
Mendisiplinkan anak agar mereka sadar dan melakukan evaluasi diri adalah hal penting.
Tapi, akan lebih bijaksana lagi jika memisahkan kebahagiaan diberikan uang saku dengan hukuman.
Baca Juga: Memberi Pujian Kepada Anak Ternyata Mendorong Perilaku Baik Lo, Kawan Puan!
3. Menghabiskan uang berlebihan.
Harus bersikap konsisten untuk tidak memberi anak uang tambahan selain memberikan uang saku.
Jika tidak, maka kita tidak membantu mengajarkan anak tanggung jawab finansial.
Anak menjadi lebih boros dan bertambah kebutuhannya secara tiba-tiba, padahal tidak diperlukan.
4. Terlambat memberikan uang saku.
Antara usia lima dan tujuh tahun, kebanyakan anak siap untuk mulai belajar tentang uang dan memahami konsep yang diajarkan uang saku.
Meskipun sedikit, mereka sudah paham bahwa uang sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu.
Apabila terlambat memulao, kebiasaan menganggarkan uang juga akan terlambat.(*)
Baca Juga: Apakah Mendisiplinkan Anak dengan Memukul Benar-Benar Melukai Batin Mereka Seumur Hidup?