Suarakan Rasisme, The Linda Lindas Ingin Orang Tak Merasa Sendiri

Firdhayanti - Kamis, 27 Mei 2021
The Linda Lindas
The Linda Lindas Instagram @the_linda_lindas

 

Parapuan.co - The Linda Lindas, band asal Amerika Serikat sempat viral beberapa waktu lalu lantaran menyuarakan isu rasisme. 

Dalam penampilannya di AAPI Heritage Month, yang diselenggarakan di perpustakaan umum Los Angeles, The Linda Lindas membawakan lagu mereka yang berjudul Sexist Racist Boy. 

Setelah mengguncang internet dengan lagunya beberapa waktu lalu, kini Bela Salazar (vokal, gitar), Eloise Wong (basis, vokal), Lucia de La Garza (gitar, vokal), dan Mila de La Garza (drum, vokal) telah menandatangani kontrak dengan Epitaph Records, salah satu label yang menaungi banyak grup musik Punk. 

Baca Juga: Kenalan dengan The Linda Lindas, Grup Musik Cilik yang Suarakan Isu Rasisme

Lagu tersebut ditulis berdasarkan pengalaman rasis yang diterima beberapa personil The Linda Lindas. 

Sesaat sebelum membawakan lagu, Mila menceritakan bahwa seseorang Mila hampir tidak pernah mendengar tentang virus corona ketika seorang bocah lelaki di sekolahnya mengatakan ayahnya menyuruhnya menjauh dari orang-orang Cina.

Dalam wawancaranya bersama The Guardian, Mila mengatakan bahwa pengalaman buruk itu baru dialaminya pertama kali. 

“Itu adalah pengalaman pertama saya tentang rasisme, dan saya tidak benar-benar tahu bagaimana menanggapinya,” kata gadis asal Los Angeles itu. 

Menemani Orang-Orang dengan Pengalaman Rasisme 

Angkat isu rasisme, The Linda Lindas senang dapat melampiaskan kekesalannya di lagu tersebut. 

“Ini bagus karena saya sering berteriak di dalamnya - semua kemarahan yang menumpuk, itu baik untuk dilepaskan. Sangat menyenangkan untuk tampil," kata Eloise. 

The Linda Lindas juga berharap agar mereka dapat menemani orang-orang yang merasa tertindas akibat hal serupa. 

"Saya berharap lagu itu memberdayakan orang-orang yang tertindas," kata Eloise. 

Mila, sang drummer dan juga personil paling muda pun mengatakan pandangannya.

Baca Juga: Inspiratif! Begini Aksi Prisia Nasution Selamatkan Orang dengan Gangguan Jiwa di Jalanan

“Lagu itu membuat orang tahu bahwa mereka tidak sendiri,” tambah Mila, yang memainkan drum sambil meneriakkan bagiannya: “Kamu mengatakan hal-hal yang kejam / Dan kamu menutup pikiranmu untuk hal-hal yang tidak kamu suka / Kamu berpaling dari apa yang kamu tidak ingin melihat!, " jelasnya. 

Masih mengenai Sexist Racist Boy, awalnya lagu ini justru hendak diberi judul Idiotic Boy. 

Akan tetapi gadis-gadis itu diganti lantaran enyadari bahwa bahasa itu bisa menyakitkan. 

"Lagu itu untuk melawan anak laki-laki yang rasis dan seksis, tapi kami tidak ingin menjadi anak laki-laki yang rasis dan seksis. Jadi kami mengubah kata-katanya,” jelas Elouis. 

“Kami membuatnya lebih sedikit tentang kecerdasan dan lebih banyak tentang menjadi pengganggu,” tambah Lucia.

"Kami ingin menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi pada seorang gadis berusia sembilan tahun - jadi tidak mungkin untuk mengabaikannya," lanjutnya. 

Tumbuh dalam Musik dan Budaya Punk 

Jauh sebelum penampilan mereka di AAPI Heritage Month menjadi viral, bukan kali pertama bagi The Linda Lindas untuk menarik perhatian industri musik. 

Gadis-gadis asal Los Angeles mengawali perjalanan mereka sebagai band pick up di festival Girlschool LA pada tahun 2018.

Dalam festival itu, mereka pun bisa terhubung dengan Bethany Cosentino dari Best Coast dan Karen O dari Yeah Yeah Yeahs, yakni beberapa band rock asal Amerika yang cukup dikenal namanya dalam musik bawah tanah. 

Ayah Mila dan Lucia adalah Carlos de la Garza, sound engineer yang memenangkan Grammy Awards untuk Paramore dan Best Coast. 

Sementara itu, ayah Eloise adalah Martin Wong, yang ikut mendirikan majalah budaya pop Asia Amerika Giant Robot.

Baca Juga: Zerika Akers, Penata Gaya Beyonce yang Dukung Karya Desainer Kulit Hitam

“Kami memiliki orang tua yang keren,” kata Lucia, duduk di halaman belakang LA, yang juga merupakan rumah bagi studio ayah mereka.

Mendengar hal itu, orang tua mereka meneriakkan persetujuan dari kejauhan saat wawancara berlangsung. 

"Saya tumbuh dengan budaya punk DIY, pergi ke pertunjukan punk, membuat mixtape - dengan gagasan bahwa siapa pun dapat melakukan apa pun," kata Eloise yang baru saja menyelesaikan kelas tujuhnya. 

Sekadar informasi,  DIY yang merupakan kepanjangan dari do it yourself adalah salah satu gaya hidup dari subultur punk era 80an dengan membuat sendiri berbagai kebutuhan hidup mereka, seperti baju dan berbagai kebutuhan rumah. 

“Punk adalah apapun yang kita inginkan. Saya suka 'lakukan sendiri' karena itu apa pun yang Anda rasakan. Tidak harus dengan cara tertentu, " terang Eloise. 

Menambah Jam Terbang Hingga Diundang Manggung

Saat awal terbentuk, band yang terinspirasi dari film asal Jepang Linda Linda Linda (2005) ini membutuhkan perjuangan. 

Saat itu, hanya Bela yang bisa memainkan musik rock dan punk. 

Sementara itu, teman-temannya yang lain masih mempelajari piano klasik. 

Mereka pun giat belajar dan menambah pengalaman dengan memesan gigs pada acara Save Music di Chinatown kemudian menjadi band pembuka untuk band legendaris punk, LA Alice Bag. 

 

Pada salah satu pertunjukan pertama mereka, ibu jari Mila patah karena kecelakaan skuter, tapi itu tidak menghentikannya; dia bermain drum dengan satu tangan.

Baca Juga: Zerika Akers, Penata Gaya Beyonce yang Dukung Karya Desainer Kulit Hitam

Tak hanya itu, Kathleen Hanna dari Bikini Kill jatuh cinta pada The Linda Lindas setelah mereka meng-cover lagu Bikini Kill berjudul Rebel Girl. 

Grup musik yang semua anggotanya perempuan tersebut lantas mengundang The Linda Lindas untuk menjadi band pembuka bagi konser reiuni mereka, Hollywood Palladium pada tahun 2019.

Tak kalah membanggakan, The Linda Lindas juga tampil di film dokumenter Netflix, The Claudia Kishi Club, lho. 

“Kami memulainya tiga tahun lalu dan itu hanya hal yang menyenangkan - dan kemudian kami seperti, 'Woah, kami baru saja memainkan Hollywood Palladium!' Dan kemudian kami seperti, 'Woah, kami baru saja di film!' Dan sekarang kami viral. Ini aneh, ”kata Lucia.

“Saat saya masuk sekolah untuk mengambil buku tahunan saya, orang-orang bersorak-sorai,” kata Bela, seorang siswa sekolah menengah pertama. (*) 

Sumber: The Guardian
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh