"Garam meja adalah NaCl, natrium klorida, yang mengandung 40 persen natrium, sedangkan makanan kemasan biasanya mencantumkan kandungan garam sebagai natrium dalam mg (miligram) per porsi," jelas Dr. Loo.
“Kandungan garam sebenarnya adalah 2,5 kali jumlah itu (jika kandungan natrium 100mg, kandungan garamnya adalah 250 mg.”
Dengan kata lain, jumlah natrium dalam makanan sebenarnya berarti lebih dari dua kali jumlah garam.
Tentu saja, itu menjadi tanggung jawab orang tua dan pengasuh untuk membatasi jumlah garam dalam makanan anak-anak mereka.
Para ahli mengungkapkan tanda-tanda yang paling umum dan apa yang harus Kawan Puan lakukan untuk membatasi asupannya, seperti dikutip dari Parents.com.
Baca Juga: Tak Perlu Terburu Minum Obat, Ternyata Sariawan Bisa Diatasi dengan Bahan Rumahan Ini
Rasa haus yang berlebihan
Karena natrium menahan air, lebih banyak natrium dalam tubuh berarti lebih banyak air yang dibutuhkan, jelas Dr. Loo.
Jika kamu memperhatikan bahwa anak sangat haus dan tidak ada penjelasan yang jelas, seperti saat cuaca panas atau olahraga.
Pertimbangkan untuk mengevaluasi jumlah natrium dalam makanannya, dengan mempertimbangkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
Mengidam makanan asin
Mari kita hadapi itu, garam membuat makanan terasa jauh lebih enak, jadi tidak mengherankan jika anak lebih mungkin meraih sekantong keripik kentang daripada sebatang wortel.
Jika Kawan Puan melihat anak mulai menyukai dan banyak mengonsumsi, Dr. Loo menyarankan untuk mengenalkannya pada berbagai bumbu dan rempah-rempah dalam masakan, seperti menambahkan peterseli atau merica sebagai pengganti garam ke makanan yang dikonsumsinya.