Waspadai, Ini 5 Dia Tanda Anak Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 28 Mei 2021
Garam Dapur
Garam Dapur

Parapuan.co - Garam merupakan salah satu bumbu yang umum digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan.

Meski membuat makanan menjadi semakin lezat, tapi konsumsi garam berlebih ternyata juga tak baik.

Seperti dikutip dari laman resmi World Health Organization (WHO), konsumsi aman garam per hari adalah maksimal 5 gram atau kurang dari 1 sendok teh untuk orang dewasa.

Sedangkan untuk anak-anak, WHO merekomendasikan asupan garam yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya.

Untuk itu kita harus membatasi konsumsi garam, terlebih pada anak.

Namun, meski kamu sudah mencoba membatasinya ternyata anak masih bisa mengonsumsi garam berlebih.

Baca Juga: Bantu Lawan Kanker hingga Kolesterol Jahat, Rasakan Manfaat Air Rendaman Mentimun yang Didiamkan Selama 12 Jam

Tentu saja, garam tidak selalu memberikan dampak buruk.

Bahkan garam juga merupakan salah satu asupan penting bagi tubuh untuk berbagai fungsi fisiologis, dari transmisi impuls saraf, kontraksi dan relaksasi serat otot, dan menjaga keseimbangan cairan yang memadai.

Namun, asupan garam berlebih dikaitkan dengan hipertensi, risiko utama penyakit jantung dan stroke.

Dan kondisi ini bisa dimulai sejak masa kanak-kanak.

Menurut laporan yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition , 79 persen anak usia 1 sampai 3 tahun, 87 persen anak usia 4 sampai 5 tahun dan 90 persen anak usia 6 sampai 18 tahun mengonsumsi terlalu banyak garam setiap hari.

Untuk menentukan jumlah normal garam yang diperlukan untuk anak-anak, pensiunan dokter anak integratif yang berbasis di California Utara dan profesor Stanford, May Loo, MD, mengatakan bahwa penting untuk memahami dan membedakan perbedaan antara unsur natrium (Na) dan garam.

"Garam meja adalah NaCl, natrium klorida, yang mengandung 40 persen natrium, sedangkan makanan kemasan biasanya mencantumkan kandungan garam sebagai natrium dalam mg (miligram) per porsi," jelas Dr. Loo.

“Kandungan garam sebenarnya adalah 2,5 kali jumlah itu (jika kandungan natrium 100mg, kandungan garamnya adalah 250 mg.”

Dengan kata lain, jumlah natrium dalam makanan sebenarnya berarti lebih dari dua kali jumlah garam.

Tentu saja, itu menjadi tanggung jawab orang tua dan pengasuh untuk membatasi jumlah garam dalam makanan anak-anak mereka.

Para ahli mengungkapkan tanda-tanda yang paling umum dan apa yang harus Kawan Puan lakukan untuk membatasi asupannya, seperti dikutip dari Parents.com.

Baca Juga: Tak Perlu Terburu Minum Obat, Ternyata Sariawan Bisa Diatasi dengan Bahan Rumahan Ini

Rasa haus yang berlebihan

Karena natrium menahan air, lebih banyak natrium dalam tubuh berarti lebih banyak air yang dibutuhkan, jelas Dr. Loo.

Jika kamu memperhatikan bahwa anak sangat haus dan tidak ada penjelasan yang jelas, seperti saat cuaca panas atau olahraga.

Pertimbangkan untuk mengevaluasi jumlah natrium dalam makanannya, dengan mempertimbangkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya.

Mengidam makanan asin

Mari kita hadapi itu, garam membuat makanan terasa jauh lebih enak, jadi tidak mengherankan jika anak lebih mungkin meraih sekantong keripik kentang daripada sebatang wortel.

Jika Kawan Puan melihat anak mulai menyukai dan banyak mengonsumsi, Dr. Loo menyarankan untuk mengenalkannya pada berbagai bumbu dan rempah-rempah dalam masakan, seperti menambahkan peterseli atau merica sebagai pengganti garam ke makanan yang dikonsumsinya.

Tekanan darah tinggi

Tujuh persen anak usia 3 sampai 18 tahun menderita pra-hipertensi atau hipertensi, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Family Physician.

“Seperti pada orang dewasa, hipertensi pada anak-anak seringkali tidak terdengar, artinya anak mungkin tidak merasakan gejala dan orang tua tidak dapat mendeteksi tanda-tanda, namun, ketika tekanan darah meningkat, pembuluh darah arteri bertambah tebal, sehingga menyebabkan anak terkena penyakit kardiovaskular,” jelas Dr. Loo.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemeriksaan tekanan darah dengan pemeriksaan anak sehat tahunan rutin yang dimulai pada usia 3 tahun.

Baca Juga: Cukup Konsumsi Minuman Ini Secara Rutin, Ampuh Redakan Sakit Punggung Secara Alami

Urine berwarna gelap dan sangat kuning

Meskipun ada banyak hal berbeda yang dapat membuat urine anak menjadi kuning tua, salah satunya adalah terlalu banyak asupan garam natrium.

"Urine berwarna kuning gelap dengan bau yang kuat sangat umum terjadi pada orang-orang dari segala usia dengan asupan natrium yang tinggi, termasuk anak-anak," kata Dr. Peters.

Penambahan berat badan tanpa permen atau lemak

Orang tua sering kali memperhatikan permen dan lemak sebagai penyebab obesitas, tetapi penelitian menunjukkan bahwa penambahan berat badan dapat dikaitkan dengan peningkatan asupan garam.

"Obesitas merupakan faktor risiko tambahan untuk perkembangan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung," kata Dr. Loo.

"Orang tua perlu mewaspadai penambahan berat badan dengan makanan asin."

Selain mengontrol gula dan makanan berlemak, ia menganjurkan orang tua untuk memantau makanan olahan yang asin dan tinggi kandungan natriumnya guna menjaga asupan natrium anak dalam kisaran yang disarankan untuk usianya. (*)

Sumber: parents.com
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati

Genetik Jadi Faktro Risiko, Apa yang Harus Dilakukan Anak Perempuan Jika Ibunya Seorang Penyintas Kanker Payudara?