Data ini muncul ketika angka resmi dari pemerintah pada akhir Januari mencatat infeksi di antaranya hanya sekitar 0,4% orang atau sekitar 1 juta orang.
Bahkan saat ini total infeksi positif di Indonesia baru sekitar 0,7% dari jumlah penduduk.
Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi Universitas Indonesia yang bekerja pada penelitian yang dilakukan dengan bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan hasil survei tidak terduga diberikan di bawah pelaporan.
Siti Nadia Tarmizi, seorang pejabat senior kementerian kesehatan, mengatakan studi itu mungkin masih awal, tetapi mungkin ada lebih banyak kasus daripada yang dilaporkan secara resmi karena banyak kasus tidak menunjukkan gejala.
Dia mengatakan Indonesia memiliki pelacakan kontak yang rendah dan kurangnya laboratorium untuk memproses tes.
Baca Juga: Jangan Ragukan Vaksin, Kasus Covid-19 di Kota ini Turun Drastis Pasca Vaksinasi 75 Persen Warganya
Berdasarkan tes darah, studi seroprevalensi mendeteksi antibodi yang muncul pada orang yang kemungkinan besar sudah terjangkit penyakit tersebut.
Angka resmi sebagian besar didasarkan pada tes swab, yang mendeteksi virus itu sendiri dan hanya mengungkapkan mereka yang memilikinya pada saat itu.
Antibodi berkembang satu sampai tiga minggu setelah seseorang tertular virus dan tinggal di dalam tubuh selama berbulan-bulan.
PENGUJIAN LEMAH
Studi seroprevalensi di negara lain, termasuk di India, juga mengungkapkan infeksi yang lebih luas.