"Kami di sini tidak memakai asisten rumah tangga, jadi mau enggak mau ya harus mengerjakan semua bersama mulai cuci baju, masak sampai ngepel.
Yang banyak melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih banyak saya. Kalau masalah pembagian, kalau dia (istri) ada waktu luang dan bisa bantu ya bantu.
Bisa ganti-ganti, bisa nyuci piring, bisa mengasuh anak, dan lainnya. Tetapi kalau dia sedang sibuk bekerja ya saya yang melakukan," ungkap Jaka.
Baca Juga: Cerita Para Istri yang Suaminya Mengambil Peran dalam Keluarga: Bisa Me Time
Menurutnya, perlu tidaknya pembagian tugas rumah tangga secara adil dan rata adalah kesepakatan bersama.
"Jadi kalau misalnya, peran itu equal (adil) atau enggak, intinya we do thing we have to do (lakukan apa yang harus dilakukan) aja. Kalau masalah peran itu perlu seimbang atau dibagi-bagi atau enggak ya tergantung kesepakatan bersama," tambah Jaka.
Jaka juga menanggapi pandangan orang tentang stereotip laki-laki harus bekerja dan perempuanlah yang menjadi pengurus rumah tangga.
Menurutnya pendapat orang-orang di luar sana tidak terlalu penting, baginya yang esensial adalah pendapat dari keluarganya.
"Pandangan orang, saya enggak pikirin ya. Karena buat saya yang penting kita udah ngasih pengertian ke keluarga inti yaitu adik, kakak, orang tua, dan mertua bahwa kondisi kami seperti ini. Jadi tolong dukung kami," ungkap Jaka.