Parapuan.co - Baru-baru ini, Pangeran Harry membagikan cerita mengenai terapi yang dilakukannya.
Duke of Sussex itu melakukan terapi ini untuk mengobati kecemasan yang ia alami saat ibunya, Putri Diana, meninggal ketika Harry berumur 12 tahun.
Dalam acaranya bersama Oprah Winfrey, The Me You Can't See, Pangeran Harry menceritakan bahwa ia melakukan terapi Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR).
Dalam episode ke-4 acara tersebut, Pangeran Harry mempraktikan teknik yang dikenal sebagai desensitisasi dan mengungkapkan gerakan mata atau terapi trauma EMDR.
Lantas, apa yang dimaksud dengan terapi EMDR itu?
Baca Juga: Meghan Trainor Konsumsi Obat Antidepresan Saat Hamil, Apakah Aman?
Melansir USA Today, EMDR merupakan sebuah terapi yang menggunakan sistem pemrosesan informasi adaptif untuk memunculkan pengalaman traumatis masa lalu.
Saat memunculkannya, otak kita pada dasarnya dapat memproses ulang pengalaman tersebut.
"EMDR memungkinkan otak untuk menyembuhkan dari pengalaman yang traumatis atau merugikan atau berlebihan dengan membiarkan otak memproses informasi itu dan menyimpannya dengan cara di mana otak sekarang tahu, 'Saya dalam keadaan yang berbeda, itu tidak terjadi pada saya lagi,'" kata Wendy Byrd, seorang konselor profesional yang juga bagian dari EMDR International Association.
Otak dan tubuh kita memiliki mekanisme bawaan untuk memproses informasi.
Namun terkadang saat kita mengalami trauma, mekanisme di dalam otak itu menjadi kewalahan.
Wendy mengatakan, saat informasi baru yang terasa mirip dengan pengalaman buruk itu datang, otak menyimpannya di tempat yang sama dengan trauma aslinya.
Hal ini dapat membuat hal-hal dalam kehidupan sehari-hari terasa mengancam baginya.
Melansir Healthline, EMDR dianggap efektif karena ketika kita mengingat peristiwa traumatis perhatian akan dialihkan sehingga tidak terlalu mengganggu secara emosional.
Ini memungkinkan kamu untuk memiliki ingatan yang sama tanpa memiliki respons psikologis yang kuat seperti sebelumnya.
Seiring waktu, teknik ini diyakini dapat mengurangi dampak buruk pada ingatan atau pikiran Anda.
Baca Juga: Putra Meghan Trainor Lahir Tanpa Menangis, Kehamilan Sungsang Jadi Penyebabnya
Orang-orang yang berurusan dengan ingatan traumatis dan mereka yang memiliki PTSD dianggap paling efektif melakukan terapi EMDR.
Ini dianggap sangat efektif bagi mereka yang berjuang untuk berbicara tentang pengalaman masa lalu mereka.
Meskipun tidak ada penelitian yang cukup untuk membuktikan keefektifannya, tapi terapi EMDR juga digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, serangan panik, gangguan makan, dan kecanduan.
Terapi EMDR ini terdiri dari delapan fase. Untuk itu, kita harus mengikuti beberapa sesi terapi. Adapun 8 fase tersebut adalah sebagai berikut:
- Fase 1 : Meninjau riwayat dan merencanakan perawatan
- Fase 2: Persiapan
- Fase 3 : Penilaian
- Fase 4-7 : Perawatan
- Fase 8 : Evaluasi
Apakah Terapi Ini Efektif?
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa terapi EMDR adalah pengobatan yang efektif untuk PTSD.
Bahkan, metode ini pun kerap dipakai untuk mengobati trauma yang dialami oleh veteran pasca perang.
Sebuah studi tahun 2011 yang dipublikasikan dalam jurnal Elsevier menemukan bahwa terapi EMDR dapat membantu 77 persen individu dengan gangguan psikotik dan PTSD.
Ditemukan bahwa halusinasi, delusi, kecemasan, dan gejala depresi mereka meningkat secara signifikan setelah perawatan dilakukan.
Studi ini juga menemukan bahwa gejala tidak memburuk selama pengobatan.
Beberapa penelitian kecil juga menemukan bukti bahwa terapi EMDR tidak hanya efektif dalam jangka pendek, tetapi efeknya dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Satu studi tahun 2004 dalam American Psychological Assosiation mengevaluasi responden selama beberapa bulan setelah mereka diberi pengobatan yang biasa dilakukan untuk terapi PTSD atau EMDR.
Selama perawatan dan sesudahnya, mereka memperhatikan bahwa EMDR secara signifikan lebih efisien dalam mengurangi gejala PTSD.
Selama tiga dan enam bulan masa tindak lanjut, mereka juga mengakui bahwa peserta mempertahankan manfaat ini lama setelah perawatan berakhir.
Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa terapi EMDR mengurangi gejala yang lebih tahan lama daripada perawatan sebelumnya yang mereka lakukan sebelumnya.
Meskipun belum ada bukti lebih lanjut, terapi EMDR ini sudah dilakukan berkali-kali.
Efek Samping Lebih Sedikit
Terapi EMDR dianggap aman. Karena tak menggunakan obat, efek sampingnya jauh lebih sedikit daripada terapi yang menyertai resep obat.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa terapi ini memiliki beberapa efek samping.
Terapi EMDR menyebabkan peningkatan kesadaran berpikir yang tidak segera berakhir saat sesi selesai. Hal ini dapat menyebabkan pusing pada kepala kita.
Baca Juga: Kurangi Sampah dengan Menggunakan Wadah Menstruasi Selain Pembalut
Pengalaman traumatis yang diingat pun juga bisa terbawa mimpi saat kita sedang tidur.
Selain itu, perlu diingat bahwa diperlukannya berbagai sesi terapi juga memerlukan proses yang tidak sebentar.
Awal terapi mungkin sangat memicu orang-orang untuk mulai kembali berurusan dengan peristiwa traumatisnya.
Sementara setelahnya, terapi kemungkinan akan jadi efektif dalam jangka panjang, walaupun akan menimbulkan stres emosional saat sesi berlangsung.
Untuk hal ini, kamu bisa bicarakan dengan terapis mengenai apa saja yang harus dipersiapkan saat memulai perawatan.
Dengan mempersiapkannya, kamu akan tahu bagaimana mengatasinya jika mengalami gejala-gejala tertentu.(*)