"Kami terinspirasi setelah bertemu dengan penyandang tunarungu," demikian kaya Aisyah sebagaimana mengutip Mashable Southeast Asia.
"Saat itu kami kesulitan berkomunikasi dengan mereka, karena mereka lebih suka menggunakan bahasa isyarat, tapi anggota tim saya tidak ada yang mengerti."
"Jadi yang bisa kami lakukan hanyalah berkomunikasi dengan menuliskan apa yang ingin kami katakan, dan itu memakan waktu lama," imbuh Aisyah.
Dari situlah, Aisyah dan timnya di Apple Developer Academy menyadari bahwa membuat alat bantu komunikasi seperti Hearo sangat penting.
Mereka yang memiliki gangguan pendengaran jadi bisa berkomunikasi dengan orang yang pendengarannya normal.
Baca Juga: Kampanye #RealDeal Ajak Perempuan Indonesia Tingkatkan Kesadaran Akan Imposter Syndrome
Dalam menciptakan Hearo, Aisyah telah melakukan riset untuk menemukan teknologi terbaik yang bisa mendeteksi bahasa isyarat.
Selama melakukan penelitian, ia dan timnya juga dibantu oleh teman-teman dari komunitas tunarungu.
"Mereka membantu kami untuk membagikan aplikasi, bahkan tanpa kami minta," terang Aisyah.
"Komunitas juga membagikan pemikiran mereka tentang Hearo, dan mengatakan bahwa aplikasi itu sangat berguna."
"Mereka berharap tim Hearo dapat meningkatkan akurasi deteksi bahasa isyarat di aplikasi ini," tutup perempuan kelahiran Jakarta itu.